Minggu, 31 Januari 2010

pagaruyuang

Dikumpul Oleh: Riwayat
1. Sultan Alif
Masuknya agama Islam di Minangkabau memperkuat tata hidup atau adat masyarakatnya hingga timbul fatwafatwa baru, seperti:
-Adat basandi syarak
Syarak basandi Kitabullah
-Syarak man gato
Adat mamakai
Sultan Alif adalah raja pertama sesudah Aditiawarman, yang tidak lagi beragama Budha tetapi sudah beragama Islam di Minangkabau. Raja ini tidak memakai nama keturunan ‘Sri Maharaja Diraja’ lagi, melainkan memakai nama ‘alif’ yang sangat simpatik bagi orang-orang Islam, yang artinya bagi mereka adat Minangkabau tidak berkeberatan menerima agama Islam.
Walaupun kerajaan Pagaruyung masih memeluk agama Budha, sejak abad ke-15 sebagian dan daerah Minangkabau sudah memeluk agama Islam. Mulai pertengahan abad ke-16 pada zaman Sultan Alif keluarga raja dan Seluruh Alarn Minangkabau sudah memeluk agama Islam.
Pemerintahan bercorak desentralistis, berdasarkan Hukum Islam dan Hukum Adat, disebut Tungku Tigo Sajarangan, atau Tali Sapilin Tigo, yaitu:
•Yang Dipertuan Rajo Alam di Pagaruyung
•Rajo Adat di Buo
•Rajo Ibadat di Sumpurkudus
Di bawah itu terdapat semacam Dewan Menteri yang sangat terkenal dengan nama Basa Ampek Balai:
•Datuk Bandaro di Sungai Tarab
•Datuk Andomo di Saruaso
•Tuan Kadhi di Padang Ganting
•Datuk Makhudum di Sumanik
2. Kekuasaan Yang Dipertuan Agung Pagaruyung
Di zaman Sultan Alif, karena pçngaruh Aceh sudah ada daerah-daerah rantau Minangkabau yang melepaskan din, seperti Inderapura, ataupun yang diduduki Aceh, seperti Pariaman, Tiku, dan lain-lain. Namun kekuasaan Yang Dipertuan di Pagaruyung masih besar, meliputi:
1. Kuantan, Ceranti, Baserah, Kudaman, Pangian
2. Lima Kota: Seberahan, Semendalak, Benai, Kapak, Teluk Karl
3. Empat Kota Hilir: Kerasik Tawar, Gunung Ringin, Lubuk Jambi, Sungai Pinang
4. Dua Kota: Lubuk Ambacang dan Sungai Manan.
Daerah-daerah yang tunduk di bawah kekuasaan Minangkabau ialah: Siak, Indragiri, iambi, Batanghari, Sungai Pagu, Pasaman, dan Rao.
-Indragiri (abad ke-14) diwakili oleh Dt.Temenggung dan Dt.Patih. Pertengahan abad ke-15 dikuasai oleh Sultan Muhammad Syah dan Malaka yang kawin dengan puteri Raja Minangkabau.
-Batanghari diperintah oleh wakil Raja Minangkabau dikenal dengan nama Trang Panjang. Setelah Trang Panjang meninggal, Yang Dipertuan Pagaruyung
mengangkat ‘Tigo Selo’ di Pulau Punjung, Siguntur, dan Padang Lawas.
-Pasaman dan Rao memakai Hukum Nan Salapan:
A. Empat diluar:
Dt.Jando Lelo
Dt.Majo Basa
Dt.Sinaro Panjang
Dt.Batuah
B. Empat di dalam:
Dt.Rajo Magek
Dt.Indo Mangkuto
Dt.Bando Panjang
Dt.Bandaro Basa
3. Negeri Sembilan
Kedatangan orang-orang Minangkabau ke Negeri Sembilan diperkirakan pada abad ke-15. Petunjuk itu ialah dan sebuah makam yang terdapat di Sungai Udang di Linggi. Kata-kata yang dituliskan pada batu nisan dan bentuknya serupa batu bersurat di Batusangkar dan Pagaruyung. Dengan demikian terdapat petunjuk, bahwa Syekh Ahmad yang bermakam di situ berasal dan Minangkabau.
Sebelum Negeri Sembilan itu ada, sebuah kerajaan yang masyhur selama satu abad di bawah pemerintahan Sultan Mansor Shah (1459-1477) telah ada di kota Malaka. Waktu itu telah banyak orang-orang Minangkabau berdatangan mendiami Naning. Mereka mendarat masuk ke Tanah Melayu melalui pantai Malaka dan Kuala Kelang (Port Swettenham). Di Negeri Sembilan sampai sekarang terdapat sebutan ‘Bapangkalan di Malaka’, dan orang Minangkabau yang hendak ke Semenanjung mengatakan “Pai ka Kolang’.
Semenjak berdirinya sebuah kerajaan di Negeri Sembilan (1773) terjadilah gelombang-gelombang kedatangan orangorang Minangkabau ke Tanah Semenanjung:
• Datok Raja dengan isterinya Tok Sari beserta rombongan, dalam perjalanan singgah di Siak Sri inarapura, menyebet’ang ke Malaka, terus ke Johor, kemudian ke Naning, dan Rembau masuk ke Sen Menanti, lalu berhenti di Londar Naga. Sekarang tempat itu disebut Kampung Galau. Datok Raja adalah kerabat Dt.Bandaro di Sungai Tarab. Di Negeri Sembilan mereka membuat sebuah kampung terkenal dengan nama Kampung Sungai Layang.
• Sebuah rombongan lagi dan kerabat Dt.Makhudum di
Sumanik dua orang bersaudara Sutan Sumanik dan
Johan Kabasaran melalui jalan yang sama dengan Datok
Raja membuka sebuah kampung bernama Tanjong
Alam, sekarang terkenal dengan nama Gunung Pasir.
• Rombongan yang lain datang dan Serilamak daerah Payakumbuh diketuai oleh Dt.Putih seorang dukun dan ahli kebatinan. Dialah orang yang memberi nama tempat bertakhtanya Yang Dipertuan Besar Raja Negeri Sembilan dengan nama Sen Menanti.
• Orang-orang Minangkabau yang pertama datang ke Rembau ialah Dt.Lelo Balang dengan adiknya Dt.Laut Dalam dan Batu Hampar dengan pengining-pengiringnya dan Mungka.
• Kemudian menyusul pula rombongan-rombongan baru, membuka kampung-kampung baru di Rembau menurut nama-nama negeri asalnya, yaitu kampung Batu Hampar, Sungai Layang, Lubuk Rusa, dan Bintungan.
Demikianlah asal mulanya orang-orang Minangkabau ke Negeri Sembilan, yang setiap datang, mereka selalu menepat dan menemui orang-orang Minangkabau yang telah terdahulu tiba dan mereka.
Sebelum bernama Negeri Sembilan wilayah ini berada di bawah pemerintahan Sultan Malaka, kemudian waktu Malaka jatuh ke tangan Portugis diperintahi oleh Sultan Johor.
Pada tahun 1960 Kesultanan Johor dilanda oleh kekacauan yang ditimbulkan oleh Belanda dan orang-orang Bugis. Dan setelah keadaan semakin sulit, Sultan Johor menitahkan supaya orang-orang Negeri Sembilan yang banyak berasal dan Minangkabau, mencari seorang raja atau Sultan ke Minangkabau.
Raja Pagaruyung mengirirnkan seorang puteranya ke Negeri Sembilan bernama Raja Mahrnud kernudian dikenal dengan Raja Malewar dinobatkan jadi raja yang pertama tahun 1773 Negeri Sembilan. Ia dinobatkan di kampung Penajis di Rembau setelah menerima hak dan kekuasaan dan Sultan Johor. Sampai sekarang masih menjadi sebutan di Negeri Sembilan:
Beraja ke Johor
Bertali ke Siak
Bertuan ke Minangkabau
Dikatakan ke Johor, karena hak dan kekuasaan diterima dan Sultan Johor, disebutkan bertali ke Siak, karena Sultan Siak juga berasal dan Minangkabau.
4. Raja-raja dan Suku-suku
Raja-raja Negeri Sembilan yang bertakhta di Sen Menanti selalu didatangkan dan Pagaruyung. Alat kebesarannya ialah segulung rambut yang memenuhi sebuah cerana. Rambut itu dipergunakan sebagai alat kebesaran Berdaulat Raja pada setiap penobatan dan pengangkatan raja baru.
Alat itu dulu dibawa oleh Raja Malewar dan Pagaruyung, sampai sekarang maih disimpan dengan baik.
Raja Malewar mangkat tahun 1795, dan dikirimlah perutusan ke Minangkabau untuk mencari gantinya. Raja Pagaruyung mengirimkan raja baru, yaitu Raja Hitam yang memerintah di Negeri Sembilan sampai tahun 1808. Raja Hitam kawin dengan puteri Raja Malewar bernama Tengku Aishah. Sayang mereka tidak dikurniai anak. Lalu Raja Hitam kawin lagi dengan Encek Jingka dan mereka mendapat anak empat orang: Tengku Alang 1-lusin, Tengku Ngah, Tengku Ibrahim, dan Tengku Awi.
Setelah Raja Hitam Mangkat tahun 1808 Raja Pagaruyung mengirim lagi Raja Lenggang yang kawin dengan Tengku Ngah anak Raja Hitam. Mereka memperoleh dua orang anak Tengku Radin dan Tengku Imam. Raja Lenggang adalah raja penghabisan yang didatangkan dan Minangkabau. Setelah ia mangkat tahun 1824 ia digantikan oleh puteranya Tengku Radin yang merupakan raja pertama kelahiran Negeri Sembilan.
Adat yang dipakai Negeri Sembilan menurut istilah di sana ialah ‘Adat Perpateh’ (Dt.Parpatih Nan Sabatang)
Di sana terdapat 12 suku yang namanya menurut namanama negeri asal mereka. Dan Miriangkabau mereka datang dan Luhak Tanah Datar dan Luhak 50 Kota, dan Luhak Agam mereka datang lebih kemudian. Suku-suku yang 12 itu ialah: Tanah Datar, Batuhampar, Sen Lemak, Pahang, Sen Lemak Minangkabau, Mungka, Payakumbuh, Sen Malanggang, Tigo Batu, Biduanda, Tigo Nenek, Anak Aceh, dan Batu Belang.

Sabtu, 23 Januari 2010

asia selatn

Sejarah Asia Selatan

By aandesalega

Perkembangan sejarah Asia Selatan terutama India sudah ada sejak ribuan tahun sebelum masehi. Tetapi baru ketika setelah kedatangan bangsa Arya, pengkajian sejarah Asia Selatan kelihatan lebih nyata. India salah satu pusat peradaban dunia pada masa lampau, selain Cina dan Timur Tengah dan juga Eropa. Letak peradaban terbesar bangsa India adalah teletak di Mohenjodaro dan Harapa. Suku asli India adalah bangsa Dravida, yang kemudian eksistensinya sedikit demi sedikit tergusur loleh kedatangan bangsa Arya dari Asia Barat[1]. Peradaban India sering disebut dengan peradaban sungai Indus yang dialiri oleh lima anak sungai yaitu; Yellum, Chenab, Ravi, Beas, Suttly yang kemudian terkenal dengan sebutan Punjab (Daerah lima Aliran Sungai). Peradaban lembah sungai Indus sebanding dengan peradaban Mesopotamia, lembah sungai Huangho, dan Mesir, dengan penduduk asli adalah orang-orang Dravida, mempunyai cirri-ciri berkulit hitam dan pada saat itu mereka belum mempunyai kepercayaan atau agama yang tetap.

Seperti yang telah disinggung diatas hasil peradaban terbesar lembah sungai Indus adalah keberadaan kota Mohenjodaro dan Harapa. Kota Mohenjodaro merupakan gambaran kota pada masa India lama. Disana telah ditemukan bangunan perumahan, balai besar dan juga pemandian. Bahan pokok dari bangunan-bangunan tersebut adalah sebuah batu bata merah dengan ukuran kira-kira 25 X 50 X 3,5 inchi. Rumah-rumah pada kota Mohenjodaro mempunyai halaman-halaman yang luas.

Pasca kedatangan bangsa Arya inilah proses asimilasi budaya di India berkembang, terutama adalah munculnya agama Hindu di India. Sebelum secara resmi agama Hindu berkembang, telah terjadi contact antara bangsa Dravida dan Arya, tetapi pada akhirnya bangsa Dravida memilih tiga opsi yaitu; kelompok pertama adalah mereka yang menolak kedatangan bangsa arya dan melawannya sampai kalah. Kelompok kedua adalah yang kemudian menyingkir ke wilayah lain yaitu deccan dan Bihar, sedangkan kelompok ke tiga adalah mereka yang kemudian melakukan percampuran dengan ras pendatang, ras Arya, dan untuk selanjutnya melahirkan kebudayaan baru di India.

Lebih detailnya, lemhab Hindus memang di bahas pada permasalahan lain, tetapi penuli mencoba melihat sedikit kebelakang sebelum kedatangan Bangsa Arya. Letak kota lembah sungai Indus sendiri tepatnya di daerah perbukitan Baluchistan yang kemudian menghasilkan kebudayaan Nal. Daerah-daerah yang terletak di sepanjang sungai Indus kemudian sering disebut dengan kebudayaan Harappa dan Mohenjodaro. Letak Mohenjodaro dan Harappa sendiri kurang lebih 800 km.[2] Dalam penggalian terbaru telah banyak ditemukan kota-kota baru di Mohenjodaro dan Harappa. Pada masa Mphenjodaro dan Harapp telah ditemukan benda-benda yang pada saat itu sudah merupakan benda yang sangat mengagumkan dengan keunikan dan keelokan tersendiri.

Dengan sumber-sumber yang telah ada membuktikan bahwa sungai Indus, tepatnya peradaban lembah sungi Indus telah menjadi salah satu sumber perdaban di dunia. Padahal pada waktu Indonesia belum berkembang seperti halnya India, ataupun Mesopotamia, Mesir dan bahkan Eropa.

Memang masih sangat terbatas sumber yang menjelaskan secara detail bentuk peradaban tersebut, tetapi itu sudah cukup membuktikan bahwa India adalah pusar peradaban dunia. Oleh sebab itu pada tulisan ini penulis akan mencoba menerangkan dan menjelaskan beberapa fakta sejarah yang terjadi pada masa kedatangan dan perkembangan bangsa Arya. Perkembangan-perkembangan itu meliputi banyaknya kerajaan-kerajaan yang bercorak peradaban Arya, Agama Hindu dan pastinya peradaban-peradaban yang dihasilkan oleh bangsa Arya. Tulisan ini mencoba membatasi pembahannya hanya pada perkembangan sejarah India pada masa kebesaran bangsa Arya dan masa kejayaannya.

Untuk merinci pembahasan, penulis memberi pokok permasalahan yang tujuannya memudahkan pembaca memahami tulisan ini, yang meliputi:

  1. Awal kedatangan bangsa Arya di India
  2. Pengaruh yang di hasilkan oleh bangsa Arya yang mungkin meliputi peradaban, agama, budaya, seni dan lain sebagainya.
  3. Peradaban dan budaya Arya di India (Indo-arya) tidak akan perbah lepas dari pembahasan agama Hindu dan perkembangannya. Agama Hindu muncul ditengah-tengah perkembangan kebudayaan Arya.

BAB II

KEDATANGAN BANGSA ARYA

Nama arya berarti bangsawan atau tuan, yang terdapat dalam bahasa persia dan india. Perpindahan Bangsa Arya di India terjadi bertahap-tahap, dan tidak terjadi langsung dengan gelombang besar. Waktu yang dibutuhkan juga membutuhkan waktu yang berabad-abad, itupun sambil membawa keluarga mereka.

Pada masa tertentu, ada sekelompok yang nampaknya begitu kuat yang memasuki India. Hal ini dibuktikan pada penggalian di Harappa yang menyatakan bahwa kota Harappa takluk dengan kekerasan, karena banyak ditemukan tumpukan mayat di Harappa. Selain itu kerusakan di dinding kota, yang semuanya disinyalir Harappa di hancurkan oleh Bangsa yang gagah berani. Pendirian ini juga diperkuat dengan pernyataan buku Weda yang mengatakan bahwa bangsa Hariyupuja yang dikalahkan oleh orang-orang Arya dengan bantuan, dan tentu haruyupura itu dapat kita anggap sama dengan budaya Harappa.

Perpindahan bangsa Arya ke India berlangsung pada satu masa yang berabad-abad lamanya dapat juga dibuktikan kalau dibandingkan syair-syair Weda yang tertua dengan yang terkemudian. Penyelidikan ini menyatakan bahwa mula-mulanya sungai Indus dianggap oleh orang Arya sebagai sungai yang keramat dan menjadi sumber dari sekalian kebaikan bagi orang Arya.

Tetapi pada masa Doab Gangga-Jumna menjadi pusat kebudayaan brahma, maka ternyata bahwa seluruh daerah Indus dan Punjab sudah dilupakan oleh orang-orang Arya, dan bhakan buku-buku seperti Weda dan Upanisad seakan-akan melupakan kesucian sungai Indus. Orang-orang Arya merupakan bangsa yang suka yang berpetualang pada saat itu.

Nampaknya kedatangan bangsa Arya berbarengan dengan lansung berkembangnya kerajaan-kerajaan bangsa Arya. Dalam beberapa berita-berita peperangan raja Persia menaklukan Punjab dan Sindh tahun 516 SM, dan raja tersebut mempunyai beberapa prajurit dari kalangan orang-orang India. Sedangkan kita tahu bahwa bangsa Arya adalah bangsa yang berasal dari Asia Barat.[3]

BAB III

PENGARUH BANGSA ARYA

Kedatangan bangsa Arya di India telah memberi pengaruh besar dalam sejarah perkembangan Bangsa India sendiri. Bangsa Dravida yang sebelumnya telah menempati India telah memberi tiga reaksi pasca serangan bangsa Arya. Kelompok pertama adalah mereka yang menolak kedatangan bangsa Arya dengan memberi perlawanan sampai mati. Kelompok kedua yaitu mereka yang akhirnya menyingkir ke daerah selatan, Deccan dan Bihar. Kelompok ketiga adalah yang kemudian melakukan asimilasi dengan bangsa Arya, yang kemudian melahirkan budaya baru.

Fokus peneitian para ilmuan sejarah masih masih berkisar pada budaya yang telah dihasilkan oleh percampuran bangsa Arya dan Dravida tersebut, atau yang kemudian sering dengan kebudyaan Indo-arya. Alasan utamanya adalah bahwa percampuran tersebut selanjutnya melahirkan sistem budaya dan poitik yang lebih mudah untuk dirunut pada sejarawan. Pengaruh selanjutnya dari budaya Indo-arya adalah munculnya perbagai budaya seperti Bahasa Sansekerta, Upacara Keagamaan, dan hal-hal sacral lainnya. Selain itu adalah kemunculan dan berkembangnya Agama Hindu yang menjadi agama terbersar di India sampai sekarang.

Untuk saat ini orang-orang dari bangsa Arya mendiami daerah-daerah sekitar di sebelag utara garis perbatasan yang terletak antara Goa dan Orissa selatan. Ada juga sebagian terletak di sebelah selatan garis tersebut, seperti Hiderabad.[4]

Sebagai bangsa pendatang, Arya memandang orang-orang Dravida adalah sebagai penduduk yang lebih rendah dari bangsa Arya. Namun hal itu tidak menutup kemungkinan Bangsa Arya mengakui bahwa Bangsa Dravida merupakan Bangsa yang kaya yang telah mengembangkan peradaban dan kebudayaan yang cukup tinggi. Jika dilihat kembali, sistem kepercayaan telah menjadi dasar utama dalam kultur masyarakat India dalam sistem sosial. Eksistensi kasta sebagai pembagian kelas masyarakat India merupakan bentuk nyata yang tidak terhapus begitu saja hingga saat ini. Brahmana sebagai kasta tertinggi di India tetap dipegang oleh bangsa Arya sendiri, sementara Ksatria, Waisya, dan S0udra adalah kelompok sosial yang mesti mengikuti hukum yang telah dibuat oleh para Brahmana.

Pengaruh yang signifikan dari bangsa Arya yang selama ini banyak dikaji adalah munculny abanyak kerajaan bercorak Arya. Proses kultural yang berlangsung hingga abad ke-7 sebelum masehi kemudian melahirkan sejarah politk bangsa India yang sangat panjang. Pada periode ini suber sejarah India semakin terang dengan perlbagai iniformasi tertulis dari dalam India maupun dari catatan asing. Beberapa kerajaan penting pada masa awal perkembagnan Arya adalah Gandhara, Kosala, Kasi dan Maghada. Tetapi sampai sekarang hanya kerajaan-kerajaan yang mempunyai pengaruh besar saja yang dapat diakses dan dikaji. Hal karena terbatasnya sumber sejarah yang menerangkan perihal tersebut. Selain itu kita tahu India mempunyai wilayah yang cukup luas, dan tidak memungkinkan dikaji kerajaan-kerajaan yang terseban seantero India. Dari sekian banyak kerajaan, mungkin yang dapat diakses dan dikaji karena mempunyai peranan penting dalam perkembangan peradaban di India. Salah satunya adalah Maghada.

Konon pengembangan dan penyebarab agama Budha juga terjadi di daerah Maghada. Tepatnya Benares[5]. Meskipun agama Budha belum sepenuhnya di kenal oleh masyrakat luas.

Pada masa kerajaan Maghada terdapat beberapa dinasti yang bergiliran memegang tampuk kepemimpinan di India/Maghada.

  1. Dinasti Sisunaga

Dinasti Sisunaga merupakan dinasti pertama yang memegang tampuk kepemimpinan di kerajaan Maghada. Dinasti ini setidaknya pernah dipimpin oleh sembilan raja yaitu: Saisunaga, Kakavarna, Kshemadarman, Kshemajit, Bimbisara, Ayatasatru, Darsuka, Udaya, Nandivadana.

  1. Dinasti Nanda

Dinasti Nanda juga pernah berkuasa atas kerajaan Maghada, tepatnya pada 413-322 SM. Raja-raja yang pernah berkuasa pada dinasti Nanda juga berjumlah sembilan orang, seperti halnya dinasti Sisunaga. Pada masa dinasti ini banyak sekali ketidakstabilan pada pemerintahan, hal ini dibuktikan dengan banyaknya raja pada kurun waktu yang kurang dari satu abad. Sehingga pada akhirnya dinasti ini berhasil dikudeta oleh Chandragupta dari Maurya, yang kemudian mendirikan dinasti baru yaitu dinasti Maurya.

  1. Dinasti Maurya

Pada masa dinasti Maurya merupakan dinasti yang mampu membawa India pada masa kejayaannya. Pada 322 SM Chandrgupta naik tahta dari hasil kudeta yang dia pimpin dari kekuasaan dinasti Nanda. Hal penting yang patut dicatat pada masa Chandragupta adalah perisnggungan India dengan bangsa asing, tepatnya kekaisran Macedonia yang dipimpin oleh pemimpin agung Alexander the great (iskandar zulkarnain). Peristiwa ini berlangsung dua tahun sebelum Chandragupta naik tahta. Kedatangan Macedonia tidak hanya mempunyai maksud politis saja tetapi juga misi penyebaran budaya barat ke daerah timur. Beberapa sumber mengatakan bahwa ekspansi Alexander the great tidak mempunyai motif politik sama sekali, karena pasukan Macedonia hanya lewat saja dan tidak meneruskan penyerangan kea rah timur, dan bahkan mereka kembali lagi ke barat (Eropa).

Seperti halnya daerah-daerah timur yang lain, pasca ekspansi bangsa barat adalah kemunculan budaya hellenisme. Yaitu perpaduan budaya timur dengan budaya barat. Sejak masa tersebut semakin terbuka hubungan barat dengan dunia timur. Hal inilah yang kemudian mendorong India semakin menjelma menjadi pusat peradaban penting dunia. Banyak ilmuan yang kemudian datang dan pergi di India. Hal yang juga patut dicermati adalah pada masa itu sejarah India telah ditulis oleh salah satu kaki tangan Alexander the great yang selalu mengirinya kemanapun dan kapanpun ia pergi.

Chandragupta naik tahta pada masa dan saat yang penting. Yaitu beberapa saat pasca kematian Alexander the great, sehingga dengan sekuat tenaga akhirnya dia berhasil menguasa daerah-daerah yang tadinya dikuasai oleh Macedonia, dan bahkan Chandragupta berhasil menjalin hubungan dengan musuh Iskandar Zulkarnain, Seloucos Nicator (penguasa Yunani di Asia Barat). Persahabatan ini memberi peran penting dalam menggambarkan situasi Maghada pada saat Chandragupta. Penguasa yunani tersebut banyak membantu Chandragupta dalam menulis sejarah India. Penulis hasil bantuan penguasa Yunani tersebut banyak menggambarkan keindahan dan keelokan Maghada yang terletak pada lembah sungai Gangga.

Akhir hayat Chandragupta diakhiri dengan bebrapa catatan penting. Ia merupakan raja yang disegani kawan maupun lawan, rakyat dan juga umum. Sebagi para umumnya raja, dia mempunyai Bayangkari, yaitu pasukan khusus pengawal raja yang terdiri dari wanita-wanita asing yang berenjata lengkap, yang selalu mengiringi Chandargupta sebagi pasukan berkuda. Selain itu dia juga membuat jalur dari Takshosila kedaerah Bactria. Jalan itu digunakan sebagai jalur perdagangan dan ketentaraan. Pada masanya perdagangan memang sangat maju, bahkan uang Persia dan uang Yunani lebih banyak melihatan di kerajaannya dari pada uang Chandragupta (India). Dia juga telah mengembangkan pedagangan di laut, meskipun hanya di bagian teluk Persia dan laut Aden saja.

Selain mempunyai pasukan pengawal pribadi, lascar Chadnrgupta merupakan elemen penting bagi kuatnya kerajaan Maghada. Laskar ini mempunyai jumlah kereta dan gajah yang sangat banyak. Jumlah gajah laskar ini berkisar antara 9000 untuk jumah gajahnya dan 30000 untuk jumlah keretanya. Selain pasukan gajah dan kereta, dia juga mengembangkan jumlah infatrinya yaitu sekitar 60000 orang. Laskar-laskar perang berasal dari satu kasta tersendiri. Ketika tidak ada perang, pekerjaan mereka hanya makan dan tidur semata. Tatepi mereka tidak diperkenankan untuk mempunyai banyak harta benda. Ini bermaksud untuk menjadikan laskar-laskar tersebut selalu siap sedia katika di butuhkan kapanpun dan dimanapun.

Chandragupta juga semakin memperkut eksistensi kasta sebagai pola sosial di India pada saat itu. Dia melarang keras perkawinan yang melibatkan kasta yang berbeda. Walaupun banyak kasta yang berkembang di India pada saat itu, Chandragupta dianggap sebagai raja yang giat dan juga adil. Walaupun hukuman yang dijatuhkan cenderung keras, tetapi dia tidak banyak menjatuhkan hukuman. Hukuman sebatas dijatuhkan bagi mereka yang benar-benar melanggar aturan kerajaan.

Chandragupta juga melakukan penaklukan terhadap daerah-daerah seperti Archosia (Kandahar), Paropanisadae (Kabul), Asia (heart), Gedrosia (Baluchistan) dan meminta daerah-daerah tersebut untuk mengembalikan gajah-gajah perang India yang berjumlah sekitar 500 gajah.[6]

Masa kejayaan kerajaan maghada adalah pada mas pemerintahan Asoka. Ashoka vardhana memerintah India (maghada) tahun 272-232 SM. Ashoka mempunyai ketrampilan memimpin kerajaan yang luar biasa hebatnya. Masa Ashoka yang menjadi titik sentral kekuatan kerajaan adalah angkatan perang. Dengan kuatnya angkatan perang Maghada maka Maghada menjadi kerajaan yang disegani kawan maupun lawan. Ashoka juga banyak menakulukan di daerah-daerah sekitar India, seperti Gandara, Kabul, Jonas, Kamboja, Godavari, Krisna, Mysore, Supara dan Girnar, dan daerah-daerah lainnya. Luas kerajaan Maghada saat itu melebihi luas negara India pada saat sekarang.

Selain banyak melakukan penaklukan, Ashoka juga banyak meninggalkan jejak sejarah yang berbentuk tulisan yang kemudian menjadi sumber sejarah yang cukup penting hingga sekarang. Banyak prasasti yang ditinggalkan pada dinding-dinding dan tiang batu yang berisi tentang peristiwa, undang-undang, pesan perdamaian, maupun ajaran dan pesan-pesan ashoka.

Hal menarik yang perlu dikaji pada masa Ashoka adalah berkembangnya agama Budha. Padahal nenek moyang Sshoka adalah penganut setia Hindu. Ia adalah satu-satunya raja yang sangat berperan atas berkembangnya Agama Budha. Dia seakan-akan melawan nenek moyangnya yang selalu menjadikan Agama Hindu sebagai alat untuk melegitimasi kekuasaannya. Namun pada akhirnya eksistensi Budha berhasil disingkirkan karena banyaknya aliran yang menolak Budha, terutama dari kalangan Brahmana. Puncaknya adalah kematian raja terakhir dinasti Maurya, Buhadratha, di tangan Sungha pada 185 SM.

Pada masa Ashoka terdapat peristiwa besar yang sulit dilupakan oleh para sejarawan. Peristiwa tersebutlah yang akhirnya merubah haluan jalan hidup Ashoka dari penganut Hindu menjadi seorang yang memeluk Agama Budha. Peristiwa tersebut adalah perang Kalingga. Menurut sumber yang ada, Ashoka memipin sendiri perang tersebut. Sebanyak kurang lebih 100.000 nyawa orang Kalingga melayang dan dijadikan budak. Sedangkan masih banyak lagi yang akhirnya mati karena kelaparan. Sejak saat ia berubah haluan, dan tidak mau lagi memakai kekerasan dalam hidupnya. Ia mulai mementingkan Agama Budha seperti yang telah disinggung sebelumnya.

Meskipun hanya sebagi Upasa (pengikiut atau penganut biasa) saja, dia juga sudah menerapkan larangan berburu hewan, dan tidak boleh menyembelih burung merak dan rusa. Dia juga berusaha menyiarkan hukum Dharma. Salah satuinya adalah dengan mengangkat pegawai-pegawai tinggi yang dinamakan Dharmamahamatra yang harus berkeliling diseluruh kerajaan sekali dalam lima tahun. Tugas ini dianjurkan guna melakukan urusan agama pada kalangan rakyat yang meliputi putra-putra raja, kaum bawah dan bahkan mereka yang masih berada dalam penjara. Selain Dharmamahamatra ada juga pegawai yang dinamakan Rajuka. Tugas mereka terutama terletak pada lapangan kemasyarakatan, sebab mereka harus memajukan mutu kesusilaan rakyat, kamakmuran, dan merekapun bertindak sebagai hakim pada daerah-daerah tertentu. Selain itu ada juga pegawai yang diangkat bertindak sebagai penagih pajak dan sekertaris, mereka semua dari kalangan Budha.

Ashoka sendiri juga sering melakukan perjalanan-perjalanan panjang. Yaitu sekali dalam 10 tahun. Perjalan ini dinamakan Dharmayatra, yang dalam satu kali perjalanan biasanya memerlukan 256 hari.

  1. Dinasti Sungha

Dapat dikatakan bahwa Dinasti Sungha actor yang berperan penting dalam mengembalikan keberadaan Agama Hindu yang sempat tenggelam pada masa raja Ashoka, dengan keberhasilannya membunuh Buhadratha tahun 185 SM. Mulai saat itu sampai tahun 1875, Sungha dan keturunannya berhasil menguasai Maghada. Seperti yang telah disinggung, bahwa Sungha kembali memberi angin segar kepada pemeluk Hindu dan khususnya Brahmana untuk kembali mengembangkan Agama Hindu.

  1. Dinasti Kanya

Setelah berakhirnya kekuasaan Sungha atas Maghada, maka kekuasaan sesudahnya diambil alih oleh Dinasti Kanya. Dinasti Kanya memerintah dalam kurun waktu antara 175- 128 SM. Sejak masa Kanya berkuasa muncul kerajaan-kerajaan kecil semisal Andhra, Parthi, dan Kushan.

Selain perkembangan politik yang kuat di India, hal penting yang patut dicermati adalah lahir dan berkembangnya Agama Hindu yang nanti akan banyak dibahas pada BAB IV. Peninggalan-peninggalan selain pemerintahan/politik dan Hindu, yang menjadi cirri khas, juga masih banyak peninggalan yang lain, meliputi seni kesusastraan dan juga Jainisme dan tentunya Agama Budha.

Dalam bidang kesustraan terdapat beberapa buku catatan perjalanan. Ada dua buku penting yang muncul pada masa Arya. Buku tersebut adalah Aranyaka (Kitab Hutan) dan Upashisad, yang merupakan hasil kerja dari teosofi yang berisi renungan mistik bagi para murid lanjutan. Buku tersebut dibuat guna memudahkan tafsir terhadap kitab suci Weda yang membingungkan.[7] Untuk menafsirkan weda diperlukan buku-buku yang digunakan untuk menafsirkan. Ada dua kelompok jenis buku yang digolongkan sebagai tafsir weda. Pertama adalah sruti. Yaitu kitab yang dianggap sebagai wahyi dari Brahma sang pencipta. Kedua adalah smerti. Yaitu hasil ingatan ataupun kebiasaan para pendeta yang juga disebut sebagai wedangga atau anggota weda.

Selain berkembangnya agama Hindu, di India, terutama pada masa Arya, juga berkembang Jinisme dan Agama Budha. Pada abad 6 SM proses pembaharuan dalam bidang agama terus berlangsung dan terus berlanjut. Tidak hanya sekedar kecil-kecilan tetapi langsung besar. Muncul dua tokoh penting dalam perombakan bidang keagamaan, yaitu Budha Gautama dan Vardamana Mahavira. Keudanya mempunyai banyak persamaan. Diantaranya adalah; pertama keduanya berasal dari masa yang bersuasana Samkya yang nantinya memberikan pengaruh besar terhadap sifat ajaran rohani yang mereka ajarkan nanti. Kedua, mereka berasal dari kalangan yang sama, yaitu ksatria atau prajurit, yang dalam status sosial merasa disepelekan oleh kalangan Brahmana. Ketiga, mereka mendirikan perkulmpulan-perkumpulan atau biara-biara agama yang di dalamnya terdapat pengikutnya yang hidup dalam cinta kasih, tidak mencuri, dan tidak berdusta. Satu lagi bahwa Vardaman merupakan salah satu anak dari Budha Gautama.

Peromabakan yang dilakukan oleh kedua tokoh tersebut adalah Jainisme dan Buhda. Agama Jina (Jainisme) atau agama bagi para penakluk itu disebarluaskan oleh seorang anak dari Budha Gautama yang bernama Vardamana. Jina lebih menekankan pada semedi, dan cenderung ekftrim ketimbang Budha. Konsep alam raya menurut Jainesme adalah abadi, tidak ada hari kiamat yang memusnahkan jagad raya tersebut. Para dewa tidak berperan dalam penciptaan maupun pemusnahan alam semesta. Jagad raya berfungsi dengan sendirinya sesuai hukum alam. Keberadaannya terbagi menjadi sejumlah daur terttentu, yang masing-masing mencakup fase perkembangan dan kehancuran. Setiap masa dikawal oleh dua puluh empat kaesar jagad raya, menjadi tigapuluh tiga orang-orang besar, yang hidup dalam jangka waktu tertentu secara teratur. Pada masa puncak zaman manusia hidup dengan ukuran badan yang amat besar dan umur yang panjang, serta tidak membutuhkan undang-undang ataupun pranata, sebab semua kebutuhan manusia telah dicukupi oleh pohon pengharapan. Jainisem beranggapan bahwa proses kehancuran jagad raya membutuhkan kurun waktu kurang lebih 40.000 tahun lamanya. Pada saat itu manusia menjadi sangat kerdil, dan hanya mencapai umur 20 tahun, hidup di dalam gua-gua, dan menjadi lupa akan segala peradaban. Bahkan mereka pun tidak mengenal api, sampai pada saatnya air pasang melanda bumi. Tetapi kiamat tidak ada, karena setelah itu muncul kembali kehidupan yang baru secara abadi. Namun demikian jainisme tetap percaya dengan adanya hukum karma.

Kedua adalah Budha. Budha didirikan oleh Budha Gautama. Yaitu seorang yang diaanggap begitu bijaksana keturunan Sakya. Putra seorang kepala daerah di kapilawastu, kira-kira 200 Km sebelah utara Benares.

Pada umur 29 dia memutuskan untuk meninggalkan segala bentuk kehidupan dunia. Ia memilih meninggalkan istana dan melakukan pengembaraan dengan pakaian yang serba kuning. Sampai pada suatu ketika ia berhenti pada sebuah pohon pipala, dan ia mendengarkan suara, penerangan atau bodhi. Semula dia ragu untuk menyebarkan apa yang dia dapatkan ketika melakukan pengembaraan. Namun pada akhirnya Brahma sendiri yang turun untuk memberikan kemantapan pada Gautama. Akhirnya Khutbah perdana Gautama dilaksanakan di taman rusa, Benares dihadapan lima orang pengikutnya. Khutbah perdananya berisikan ajaran, tentang empat kenyataan, yaitu bahwa hidup pada dasarnya merupakan suatu kesengsaraan, bahwa kesengsaraan itu timbul karena suatu sebab, bahwa kesengsaraan itu dapat dihilangkan, dan bahwa ada cara-cara yang dapat menghilangkan kesengsaraan tersebut, yaitu delapan langkah kebenaran.delapan langkah kebenaran itu adalah berpandangan benar, berketetapan benar, berbicara benar, bertingkah benar, hidup benar, berusaha benar, beringatan benar, dan bersemadi benar. Ajaran agama lainnya berhasil dikumpulkan menjadi tiga keranjang atau pitaka. Keranjang tersebut dibagi menjadi tiga bagian. Pertama berisi aturan mengenai tingkah laku. Kedua berisi kumpulan khotbah Budha Gautama. Ketiga berisi ajaran mengenai metafisika.

Pada muktamar ke tiga, Bhuda terpecah menjadi dua kelompik besar. Pertama Mahayana dan Hinayana. Perbedaan mendasar dari kedua aliran tersebut adalah kontek nirvana dan prosedur yang dilalui untuk mencapai nirvana. Mahayana beranggapan bahwa setiap pemeluk Budha dapat mencapai nirvana kalau mendapat bantuan para orang suci yang telah mendahului mereka dan telah menempati kedudukanbaik di nirvana tersebut. Sementara aliran Hinayana beranggapan bahwa keberhasilan umat Budha mencapai nirvana hanya karena usaha sendiri, tanpa bantuan fisik dari apapun.

Baik Jainisme dan Budhisme pada dasarnya bersifat ateistik, dalam artian tidak menolak keberadaan dewa-dewa, namun tidak mengakui campur tangan mereka dalam kegiatan jagat raya maupun nasib manusia[8].

BAB IV

HINDUISME DAN INTI AJARANNYA

Fase Perkembangan Agama Hindu

Sebagai dampak dari berkembangnya budaya Indo-arya adalah munculnya Agama Hindu. Menurut sejarahnya, Agama Hindu mempunyai usia yang cukup tua dan panjang, dan merupakan agama yang pertama kali dikenal oleh umat manusia. Kami mencoba mendefinisikan kapan dan dimana Hindu di sebarkan dan berkembang. Agama Hindu pada kelanjutannya telah melahirkan kebudayaan yang sangat kompleks baik dalam bidang astronomi, ilmu pertanian, filsafat, dan ilmu-ilmu yang lain. Sehingga kadang ada kesan rumit ketika kita berniat memahami ajaran Agama Hindu.

Agama Hindu adalah agama yang mencoba memberi kebebasan kepada pemeluknya untuk melakukan peribadatannya. Tetapi hal ini bahkan menimbulkan permasalahan di kalangan sejarawan, dan mengklaim bahwa Agama Hindu tidak sesuai dengan apa yang telah diajarkan. Sebagai contoh, banyak sejarawan yang masih menulis bahwa Hindu masih menganut paham Polytheisme, karena ada beberapa dewa yang mengatur aspek kehidupan pemeluknya. Tetapi pada kenyataannya, Hindu telah menganut Monotheisme. Prinsip ketuhanan Hindu adalah “trimurti”. Selain itu, kalangan umat Hindu sendiri juga masih banyak pemahaman yang kurang tepat atas ajaran agama yang dipahami dan diamalkan.

Perkembangan Agama Hindu di India pada dasarnya terjadi selama empat fase. Jaman Weda, jaman Bharmana, jaman Upanisad dan jaman Budha. Jaman Weda disinyalir telah berkembang pada masa perdaban Mohenjodaro dan Harappa. Bukti yang menunjukan fase ini adalah adanya patung yang menyerupai perwujudan Siwa. Selain itu pada masa ini masyarakat India kuno juga telah menyembah dewa-dewa. Tetapi kepastian dimulainya fase Weda adalah pada masa Bangsa Arya berada di Punjab di lembah sungai Indus. Sekitar 2500 s.d 1500 tahun sebelum masehi. Setelah terdesak bangsa Dravida akhirnya hijrah ke arah Selatan di dataran tinggi Dekkan, dan sebagian ada yang membaur dan berasimilasi dengan kebudayaan bangsa Arya. Bangsa Arya sendiri telah menyembah beberapa dewa, diantaranya: Agni, Varuna, Vayu, Indra, Siwa dan sebagainya. Tetapi tuhan-tuhan tersebut hanyalah manifestasi dari perwujudan tuhan yang Maha Esa, yang mengatur dan berkuasa atas alam semesta yang disebut “Rta”.

Pada fase tersebut masyarakat India telah dibagi menjadi beberapa kelompok lapisan masyarakat yang meliputi Brahmana, Ksatria, Waisa dan Sudra. Pada masa Brahmana, kekuasaan amat besar pada kehidupan keagamaan. Kaum Brahmana lah yang mengantarkan persembahan orang kepada para dewa. Jaman Brahmana ditandai dengan mulai tersusunnya tata cara upacara agama. Penyusunan tata cara upacara telah tertulis semua dalam kitab suci Weda.

Berbeda dengan masa Upanisad. Tata cara beragama tidak hanya dipentingkan pada upacara dan sesaji saja, tetapi juga bagaimana meningkatkan pngetahuan batin yang lebih tinggi yang dapat membuka tabir ke alam ghoib. Pada masa inilah penyusunan dan pengembangan filsafat agama. Yaitu jaman orang berfilsafat atas dasar Weda. Kemudian munculah ajaran filsafar yang tinggi, yang kemudian dikembangkan pada ajaran Darsana, Itihasa dan Purana. Ajaran filsafar tersebut pada akhirnya menyebarkan ajaran Tri murti.

Fase ke empat adalah Fase Budha. Fase ini dimulai ketika putra raja Sudhodana yang bernama Sidarta menafsirkan Weda dari sudut Logika dan mengembangkan sistem yoga dan semadhi, sebagai jalan ubntuk menghubungkan diri dengan tuhan.

Inti Ajaran Agama Hindu

Inti ajaran Agama Hindu terdapat pada tiga kerangka dasar ajaran agama hindu. Tiga kerangka dasar tersebut berperan kuat dalam mengatur peribadatan pemeluk-pemeluknya. Tiga kerangka dasar agama adalah Tattwa, Susila dan Yadnya.

Tattwa. Konsep pencarian kebenaran hakiki di dalam hidnu diuraikan dalam ajaran filsafat yang disebut Tattwa. Tattwa merupakan filsafat yang diserap sepenuhnya oleh pikiran manusia melalui beberapa cara dan pendakatan yang disebut Pranama. Ada tiga cara penyerapan pokok yang disebut Tri prnama. Tri panama ini menyebabkan akal budi dan pengertian manusia dapat menerima kebenaran hakiki dalam Tattwa, sehingga berkembang menjadi keyakinan dan kepercayaan. Kepercayaan dan keyakinan dalam Hindu disebut Sradha. Ada lima Sradha dalam Hindu yang kemudian disebut Panca sradha. Berbekal Panca sradha yang diserap menggunakan Tri panama ini, perjalanan hidup seorang Hindu menuju ke satu tujuan yang pasti. Kearah kesempmurnaan lahir dan batin.

Susila. Merupakan kerangka daras agama setelah Tattwa. Seperti halnya makna umum Susila, susila dalam ajaran agama hindu juga berperan penting dalam mengatur tingkah laku pemeluk agama hindu dalam kehidupan sehari-hari. Pola interaksi manusia pada kehidupan sehari-hari akan memperlihatkan sejauh mana kadar susila dan akhlak manusia. Seorang akan memperoleh rasa hormat dan simpatik dari orang lain tatkala dia dapat mempertahankan kelakukan dan susilanya ketika melakukan sebuah interaksi. Telah disinggung pada tattwa, bahwa hindu berusaha membimbing manusia kearah kesempurnaan sifat, dan susila lah yang kemudian menjadi titik sentral ajaran tattwa.

Merunut arti kata ”susila”, su berarti baik, indah, harmonis. Sila berarti perilaku, perbuatan, tingkah laku dan kelakuan. Jadi susila adalah perbuatan baik manusia yang tercermin dalam tingkah laku sehari-hari baik dalam bertutur dan berbuat. Susila menurut agama Hindu adalah tingkah laku hubungan timbal balik yang selaras dan harmonis antar sesama manusia dengan alam semesta yang berlandaskan atas keikhlasan dan kasih sayang.

Pola hubungan dalam susila berprinsip pada ajaran Tat Twam Asi (ia adalah engkau) mengandung makna bahwa segala makhluk adalah sama. Menolong orang lain sama halnya menolong diri sendiri, begitu pula sebaliknya, menyakiti orang lain berarti menyakiti diri sendiri. Dalam hubungan ajaran susila beberapa aspek ajaran sebagai upaya penerapannya sehari-hari, dan diuraikan secara terperinci sebagai berikut:

  • Tria Kaya Parisudha, merupakan tiga jenis perbuatan yang merupakan landasan ajaran etika agama Hindu yang dipedomani oleh setiap individu guna mencapai kesempurnaan dan kesucian hidup.
  • Panca Yama dan Niyama Brata, yang merupakan lima kebaikan yang harus di lakukan dan lima hal yang harus dihindari.
  • Tri Mala. Tiga keburukan yang meracuni budi pekerti manusia yang harus diwaspadai dan diredam sampai sekecil-kecilnya.
  • Sad Ripu adalah enam musuh di dalam diri manusia yang selalu menggoda, yang pada akhirnya dapat mengganggu emosi manusia.
  • Catur Asrama. Empat tingkat kehidupan manusia dalam agama hindu, disesuaikan dengan tahapan-tahapan jenjang kehidupan yang mempengaruhi prioritas kewajiban menunaikan dharmanya.
  • Catur Purusa Artha. Yaitu empat dasar tujuan manusia.
  • Catur Warna. Yaitu empat pilihan hidup manusia yang berlandaskan tujuan, bakat dan ketrampilan.
  • Catur Guru. Empat kepribadian yang harus dihormati oleh pemeluk agama Hindu.

Yadnya. inti ajaran agama Hindu yang ketiga adalah Yadnya, yang merupakan suatu karya suci yang dilaksanakan dengan ikhlas karena getaran jiwa dalam keidupan yang sesuai dengan inti ajaran kitab suci Weda. Yadnya juga dapat diartkan sebagai pemujaan, penghormatan, pengorbanan, pengabdian, pemberian yang penuh dengan kerelaan. Yadnya mengandung tiga aspek penting yaitu:

  • Rasa tulus ikhlas dan kesucian.
  • Rasa bakti dan memuja (menghormati) Sang Hyang Widhi Wasa, Dewa, Bhatara, Leluhur, Negara dan Bangsa, dan kemanusiaan.
  • Di dalam pelaksaannya disesuaikan dengan kemampuan masing-masing menurut tempat (desa), waktu (kala), dan keadaan (patra)
  • Suatu ajaran dan Catur Weda yang merupakan sumber ilmu pengetahuan suci dan kebenaran yang abadi.

BAB V

PENUTUP DAN KESIMPULAN

Pelajaran dari India

Sudah tersebut ribuan tahun lamanya kebudayaan Mohenjodaro dan Harappa berkembang dengan pesatnya, semua itu menggambarkan bahwa sumber daya manusia India memang lebih unggul beberapa tingkat dari kita, bangsa Indonesia. Memang tidak sepenuhnya pernyataan tersebut benar, tetapi kita patut berkaca dengan perkembangan itu.

Mohenjodaro dan Harappa merupkan potret kebudayaan tempo dulu yang mempunyai makna dan arti yang tak ternilai harganya. Kebudayaan tersebut mengalahkan segalanya. Peninggalan budaya adalah kekayaan yang sulit untuk dibandingkan dengan kekayaan-kekayaan yang lain, macam uang dan barang. Bukan masalah segi arsitek bangunan yang mewah dan megah, tetapi bagaimana kita membayangkan bahwa pada jaman itu telah ada sebuah kerangka pemikiran yang cerdas dan mengagumkan.

Lembah sungai Indus, belum lagi sungai Gangga, telah menjelma menjadi tujuan para peneliti dan sejarawan untuk merunut dan merekontruksi perjalanan hidup manusia India pada masa lampau. Bagaimana bangsa India beralih dari nomaden sampai ke proses kehidupan yang lebih modern, semacam food gathering, seni bangunan, politik dan pemerintahan. Memang itu semua tidak berlangsung singkat, tetapi butuh waktu yang bertahap-tahap dan berjenjang-jenjang.

Agak bergeser ke masa yang lebih modern. Adalah kemunculan agama Hindu, yang kemudian menjadi kiblat agama masyarakat India sampai sekarang. Hindu membagi-bagi masyarakat India ke dalam kasta-kasta. Ada Brahmana (agamawan), Ksatria (prajurit), Waisa (kaum pedagang), dan Sudra (budak). Memang kesannya itu semua merupakan tatanan yang tidak adil dan arif, tetapi kenyataannya begitulah, sistem itu telah menjadikan India menjadi bangsa yang besar dan siap bersaing dengan bangsa-bangsa besar lainnya.

Lain Hindu, lain pula Budha. Budha juga merupakan agama yang lahir dan besar di India. Sidarta Gautama, seorang Filsuf besar pada masanya telah merombak tatanan Hindu yang dianggap telah membagi manusia ke dalam bagian-bagiannya. Budha mencoba memberikan solusi kepada manusia untuk hidup berdampingan dan bersama-sama dengan cinta kasih perdamaian. Tanpa pembunuhan, kebohongan, pencurian, mabuk-mabukan dsb. Walaupun pada akhirnya Budha tidak krasan tinggal dan berlama-lama di rumahnya sendiri, dan pada akhirnya minggat ke negeri tetangga, Cina dan sekitarnya.

Budha sempat merasakan kenikmatan dan “kemewahan” pada masa Asoka. Tetapi kenikmatan tesebut tidak berlangsung lama dan langgeng. Pada masa dinasti Sungha Budha menemukan antiklimak kebesarannya. Sistem kasta telah melekat erat di hati sanubari masyarakat India. Brahmana kembali berjaya, dan kembali dapat mengatur kehidupan manusia India, walaupun disana telah berkuasa raja.

Indonesia sebagai bangsa yang telah lebih dari stengah abad merasakan kemaerdekaan, tetapi peradaban yang benar-benar kita inginkan belum sepenuhnya tercapai. Sumber daya manusia Indonesia yang banyak adalah modal untuk menjadikan Indonesia selangkah lebih maju dan berkembang. Saat ini India telah menjelma menjadi salah satu macan Asia yang siap menerkam dan menerjang bangsa-bangsa lainnya. Butuh beberapa tahun untuk mengejar dan bahkan menjadikan kita sejajar denganNya. Untuk itu marilah kita berkaca pada India……………..

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Abu, Su’ud. Memahami Sejarah Bangsa-bangsa di Asia Selatan(Sejak masa Purba sampai Masa Kedatangan Islam). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan. 1988

T. S. G, Mulya. India Sedjarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan. (tjetakan kedua). Jakarta: Balai Pustaka. 1952

Majundar, R.C. dkk. An Advanced History of India. London: Macmillan & Co LTD. 1958.

Gokhale, B.G. Ancient India History and Culture. ASIA PUBLISHING HOUSE (Bombay, Calcuta, New Delhi, Madras, London, New York).

Sebuah buku yang penulis temukan di laboratorium jurusan sejarah FISE, UNY yang tidak jelas asal-usulnya. Tanpa pengarang, tahun, tempat dan penerbit. Pada covernya hanya tertera tulisan tangan “INDIA”.

Artikel kuliah mata kuliah Sejarah Asia Selatan Lama Kedatangan Bangsa Arya dan Pengaruhnya Kerangka Kuliah Sejarah Asia Selatan Satu. Oleh Supardi, M.Hum. Naskah tidak diterbitkan.

INTERNET

http://sariandscott.multiply.com/journal/item/14/Kebudayaan_Harappa_Peradaban_India_Kuno_

http://id.wikipedia.org/wiki/Lembah_Sungai_Indus

http://www.babadbali.com/canangsari/pa-agama-dan-dharma.htm

http://ppiindia.wordpress.com/2007/01/09/belajar-di-perguruan-tinggi-india/


[1] R. C. Majumdar dkk. An Advanced History of India. London: Macmillan & Co LTD. 1958. Hlm 24.

[2] Abu, Suud. Memahami Sejarah Bangsa-bangsa di Asia Selatan (Sejak Masa Purba saMPAI Masa Kedatangan Islam). Jakarta: DEDIKBUD, DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN TINGGI, PROYEK PENGEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN. 1988. Hlm 37

[3] T. S. G, Mulya. India. Sedjarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan. Jakarta: Balai Pustaka. 1952. Hlm 15

[4] Sebuah buku yang tidak jelas asal-usulnya yang penulis temukan di perpustakaan dan laboratorium sejarah FISE, UNY. Tetapi dalam buku tersebut tertera judul yang sangat umum “INDIA”. Hlm 9

[5] T. G. S, Mulya. Log cit

[6] B. G. Gokhale. Ancient India History and Culture. ASIA PUBLISHING HOUSE (Bombay, Calcuta, New Delhi, Madras, London, New York). Hlm 35.

[7] Ada beberapa istilah sulit yang terkadung dalam kitab suci weda, yang kemudian digunakan sebagai inti ajaran agama Hindu sendiri.

[8] Abu Suud. Op cit. Hlm 61-105

Rabu, 03 Juni 2009

imam bonjol

Kerajaan Samudera Pasai

Tadinya bernama Perlak, sebelum pernikahan Sultan Malikul Saleh dengan seorang putri pasai.

Peranan Samudera pasai: a. Merupakan kerajaan Islam tertua di Indonesia b. Pusat pelayaran dan perdagangan strategis krn terletak di tepi selat Malaka

Raja-raja Samudera Pasai: a. Sultan Malikul Saleh b. Malikul Tahir[anak Malikul Saleh]

Pernah berusaha ditundukkan Majapahit tapi gagal. Sebab kemunduran: perkembangan kerajaan Malaka sehingga pusat pelayaran perdagangan beralih ke Malaka

Kerajaan Malaka

Peranan: a. pusat perdagangan b. pusat penyebaran pengetahuan dan agama Islam

Raja-raja: Prameswara –> pendiri (paramisara) | Megat Iskandar Syah –> Sultan I | Sultan Mansyur Syah –> terbesar -Laksamana Hang Tuah berhasil menguasai seluruh gerak perdagangan dan pelayaran Selat Malaka dan Selat Karimata

Sebab keruntuhan: Dikuasai Portugis[1511]

Kerajaan Aceh

Faktor pendorong perkembangan Aceh: a. letak yang strategis di selat Malaka b. Aceh merupakan penghasil lada c. Wilayah Aceh merupakan wilayah yang cerah untuk perdagangan

Peranan Aceh: a. pusat perdagangan dan pusat pelayaran b. pusat penyebaran agama Hindu

Raja Aceh a. Sultan Ibrahim b. Sultan Iskandar Muda c. Sultan Iskandar Thani Karya sastra: Bustanu’ssalatin[kitab raja-raja] –> dikarang oleh: Nuruddin ar Raniri Politik luar negeri: bebas[mau berteman dgn siapa saja] asal tidak membahayakan kedaulatan Aceh. Politik dalam negeri:

Sebab kemunduran Aceh:        a. Tidak ada regenerasi pimpinan
                                             b. Perebutan kekuasaan diantara Tengku dan Teuku
                                              c. Banyak wilayah yang melepaskan diri  
Kerajaan Demak

Terletak di Jateng Bagian Barat Raja-raja Demak: 1. Raden Patah[putra raja Majapahit Brawijaya][pendiri] 2. Pati Unus 3. Sultan Trenggono[masa kejayaan]

Merupakan daerah tempat berkumpulnya para wali sehingga wilayah ini merupakan pusat agama Islam.

Peninggalan Islam: a. Mesjid Agung Demak b. Makam Panjang c. Makam Sunan Kalijaga d. Makam Ratu Kalinyamat Ki Ageng Sela | Ki Penjawi + Ki Gede Pamanahan + Ki Juru Mertani | | | Adipati Pati Sutawijaya——[wil digabung] [anak angkat S. Hadiwijaya(raja pajang]

Sultan Trenggono wafat, wilayah beralih ke Pajang.    
Raja yang berkuasa: Sultan Hadi Wijaya (Joko Tingkir/ Mas Karebet) 
Sesudah Hadiwijaya mangkat kerajaan pindah ke Mataram   
Kerajaan Mataram

Terletak di Jawa Tengah Selatan (Yogyakarta dan Selo)

Terdiri atas 4 bagian: a. Kutanegara b. Negara Agung c. Pesisir d. Mancanegara

Raja-raja Mataram: a. Sutawijaya /Mas Ngabehi Loring Pasar/ Senopati Ing Ngalaga Khalifatullah Dayidin Panatagama. b. Mas Jolang (lemah) [S. Hanyakrawati] c. Mas Rangsang[Sultan Agung Hanyakrasuma]->kuat, menentang Belanda. Menyerang Jayakarta 3 kali tapi gagal semua. d. S. Amangkurat [memihak Belanda] e. Amangkurat II [memihak Belanda] f. Amangkurat III [memihak Belanda] Terjadi perselisihan Amangkurat III dengan P. Mangkubumi,

Mereka mengadakan perjanjian “Giyanti”: a. Amangkurat III menguasai Surakarta b. P. Mangkubumi menguasai Yogyakarta 1757 Perjanjian Salatiga: a. Surakarta dibagi2, yang satu milik Amangkurat, bergelar Sunan Paku Buana; yang satu lagi milik P. Sambernyawa, bergelar Mangkunegara b.Yogyakarta dibagi2 yang satu milik S. Hamengkubuono, yang satu milik Pakualam

Faktor penyebab kegagalan Sultan Agung: 1. Kesalahan strategi [tiba pada saat musim hujan] 2. Penyakit sampar 3. Lumbung padi di Magelang, Kerawang, Pemalang dibakar 4. Pengkhianatan 5. Kalah persenjataan

Peninggalan Kerajaan Mataram: a. Keraton Yogyakarta dan Surakarta b. Pura Mangkunegara&Pura Pakualam c. Peninggalan yang berupa sastra: Serat Wulung Reh[karya Ranggawarsita] d. Peninggalan yang berupa benda pusaka: Senjata, kereta, manusia pendek, binatang, alun-alun, beringin, manusia bajang, manusia berkulit putih e. Mangkunegara ke IV menulis Serat Centini f. Sastra Gending-oleh Sultan Agung

Cirebon dan Banten

Pendiri Cirebon dan Banten: Fatahillah/ Faletehan/ Sunan Gunungjati. Setelah mendirikan Cirebon, Fatahillah mengusir Portugis dan Banten. Setelah mengusir mereka, Fatahillah kembali ke Cirebon, kekuasaan diserahkan ke anaknya Sultan Hassanuddin Raja Banten yang kedua adalah Syeh Maulana Yusuf. Ia merebut ibukota kerajaan Hindu Pajajaran di Pakuan Masa kejayaan: Sultan Ageng Tirtayasa Komoditi barang utama: Lada, termasuk rempah-rempah

Keistimewaan Banten: a. Letak strategis, di tepi Selat Sunda b. Termasuk basis Islam yang kuat. c. Wilayahnya: Sunda Kelapa, Banten, Cirebon d. Pada masa Hassanuddin wilayah: Lampung, Bengkulu, Palembang e. Terjadi pertentangan antara S. Ageng Tirtayasa dgn S. Haji, karena S. Ageng menentang Belanda, sedangkan S. Haji berhasil dibujuk oleh VOC.

Ia menandatangani Perjanjian Banten Perjanjian Banten: 1. VOC monopoli lada di Banten 2. S. haji menjadi raja, 1/3 wilayah milik Belanda Ada 3 keraton Cirebon: Keraton Kasepuhan, Kanoman, Kacirebonan

Kerajaan Banjarmasin

Didirikan Pangeran Samudera, gelarnya Sultan Suryanullah Pusat kerajaan: Kota Banjarmasin. Selama Perang Makassar, pedagang Melayu mengungsi ke Banjarmasin, hingga hubungan Banjarmasin-Mataram kuat karena ada unsur menentang Belanda.

Kerajaan Gowa-Tallo

Kerajaan Sulawesi Selatan: Gowa-Tallo, Wajo, Sopeng, Bone Ada persaingan antara Gowa dengan Bone Kerajaan Bone membentuk aliansi Tellumpocco dengan Wajo dan Sopeng, Gowa-Tallo menang Bandar utama: Somba Opu Raja Gowa: Daeng Manrabbia[Sultan Alaudin]-raja pertama yang Islam.

Ia menyebarkan Islam di seluruh wilyahnya Masa kejayaan: Sultan Hassanuddin

Kerajaan Ternate dan Tidore

Maluku Utara, 4 kerajaan: Jailolo[halmahera], Ternate, Tidore, Bacan Agama Islam disebarkan Sunan Giri dari Gresik Banyak kaum muslimin yang berguru pada Sunan Giri di Gresik, hingga hubungan perdagangan antara Maluku dan pedagang Jatim ramai

Raja Ternate yg pertama memeluk Islam: Zainal Abidin Maluku akhirnya terbagi menjadi 2 wilayah pengaruh: a. Uli Lima : di bawah Kerajaan Ternate b. Uli Siwa : di bawah Kerajaan Tidore

Minggu, 31 Mei 2009

palestina

MUSLIHAT PERDAMAIAN ISRAEL

Kesepakatan Oslo yang ditandatangani pada tahun 1993 memulai halaman baru dalam sejarah Timur Tengah. Pemimpin PLO Yasser Arafat dan Perdana Menteri Israel Yitzak Rabin, di hadapan Presiden AS Bill Clinton, berfoto di depan para wartawan, berjabat tangan, dan membawa perundingan Israel-Palestina pada hasil kesepakatan yang sebenarnya. Dengan menandatangani Kesepakatan Oslo, kedua belah pihak saling mengakui untuk pertama kalinya dalam sejarah dan membuat kesepakatan dua negara untuk pertama kalinya.

Setelah menandatangani kesepakatan, gagasan bahwa perdamaian akhirnya akan dimungkinkan mulai merambah seluruh dunia. Telah diterima luas bahwa pertikaian Arab-Israel bisa dipecahkan secara permanen, dan bahwa perdamaian akan membawa kemakmuran dan kebahagiaan ke Timur Tengah. Shimon Peres, orang nomor dua di Israel, menulis sebuah buku berjudul The New Middle East, yang menggambarkan pemandangan membahagiaan ini. Buku itu segera terjual laris. Penampilan Israel sebagai “pembawa perdamaian” kelihatannya meyakinkan hampir setiap orang.

Akan tetapi buku kami The New Masonic Order, yang pertama kali diterbitkan pada Februari 1996 menggambarkan betapa penampilan ini tidak mencerminkan kenyataan, betapa perdamaian Israel hanyalah “perdamaian basa-basi.” Kami menerangkannya bahwa dengan berunding bersama PLO, Israel sebenarnya ingin memperburuk pertikaian antara mereka dengan Hamas, bahwa Israel sebenarnya tidak punya niat menarik diri dari Daerah Pendudukan, dan bahwa mereka hanya menjadikan perdamaian sebagai “permainan taktik.’ (Lihat Harun Yahya, The New Masonic Order, Istambul, 1996, hal. 508-520.)

Kamis, 14 Mei 2009

kerajaan singasari

Makalah Sejarah

Tentang Kerajaan Singhasari, Kerajaan Holing, dan Kerajaan Mataram Islam

Tim 11 IPA-3: Muhammad Mufid (21) Muthia Septiani (22) Nabilah Shabrina (23) Prabawati Dwi Sari (24) Rianti Novianti (25) Ray Luke Siregar (26) Renaldi Surya (27) Resti Yuliana (28) Riani Permatasari (29) Rita Amalia (30) DIPUNGGAH OLEH MUHAMMAD MUFID DI BLOGNYA http://bytearea.blogspot.com

KATA PENGANTAR (VERSI ONLINE)
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Pertama-tama marilah kita panjatkan puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT yang Alhamdulillah telah memberikan izin terselesaikannya makalah ini. Shawalat serta salam juga semoga selalu tercurah kepada Nabi Besar kita, Nabi Muhammad SAW yang mana insya Allah kita akan diberikan syafa’atnya oleh beliau. Amin. Pada versi online ini Saya tidak mau panjang lebar. Namun yang jelas adalah e-book ini merupakan hasil kerjasama dari nama-nama penulis tercantum di halaman depan. Tujuan dipunggahnya e-book ini tidak lain dan tidak bukan untuk memudahkan pengaksesan informasi demi terciptanya pendidikan yang benar-benar terdistribusi. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

2 — Kata Pengantar (Versi Online)

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................................................................................... 1 Daftar Isi ................................................................................................................................................................... 3 Kerajaan Singosari .................................................................................................................................................... 4 Kerajaan Holing ...................................................................................................................................................... 12 Kerajaan Mataram Islam......................................................................................................................................... 20 Daftar Pustaka ........................................................................................................................................................ 31

3 — Daftar Isi

KERAJAAN SINGOSARI
SUMBER: E-DUKASI.NET
Nama kerajaan Singosari tentu bukan sesuatu yang asing bagi Anda karena Singosari sangat identik dengan Ken Arok dan banyak cerita dan lakon drama yang mengambil ide cerita dari riwayat hidup Ken Arok dan berdirinya Singosari.

SUMBER SEJARAH
Keberadaan kerajaan Singosari dibuktikan melalui candi-candi yang banyak ditemukan di Jawa Timur yaitu daerah Singosari sampai Malang, juga melalui kitab sastra peninggalan zaman Majapahit yang berjudul Negarakertagama karangan Mpu Prapanca yang menjelaskan tentang raja-raja yang memerintah di Singosari serta kitab Pararaton yang juga menceritakan riwayat Ken Arok yang penuh keajaiban. Kitab Pararaton isinya sebagian besar adalah mitos atau dongeng tetapi dari kitab Pararatonlah asal usul Ken Arok menjadi raja dapat diketahui. Sebelum menjadi raja, Ken Arok berkedudukan sebagai Akuwu (Bupati) di Tumapel menggantikan Tunggul Ametung yang dibunuhnya, karena tertarik pada Ken Dedes istri Tunggul Ametung. Selanjutnya ia berkeinginan melepaskan Tumapel dari kekuasaan kerajaan Kadiri yang diperintah oleh Kertajaya. Keinginannya terpenuhi setelah kaum Brahmana Kadiri meminta perlindungannya. Dengan alasan tersebut, maka tahun 1222 M/1144 C Ken Arok menyerang Kediri, sehingga Kertajaya mengalami kekalahan pada pertempuran di desa Ganter. Dengan kemenangannya maka Ken Arok dapat menguasai seluruh kekuasaan kerajaan Kadiri dan menyatakan dirinya sebagai raja Singosari dengan gelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi.

SILSILAH
Sebagai raja pertama Singosari maka Ken Arok menandai munculnya dinasti baru yaitu dinasti Rajasa atau dinasti Girindra untuk menambah pemahaman Anda tentang keturunan dinasti Rajasa, maka simaklah silsilah berikut ini:

4 — Kerajaan Singosari

Dengan memperhatikan silsilah tersebut di atas, maka yang perlu Anda ketahui bahwa nama yang diberi nomor dan diberi kotak/dalam kotak itulah urutan raja-raja Singosari. Raja pertama sampai ketiga yang diberi tanda (*) mati dibunuh karena persoalan perebutan tahta dan balas dendam. Dari kelima raja Singosari tersebut, raja Kertanegaralah yang paling terkenal, karena dibawah pemerintahan Kertanegara Singosari mencapai puncak kebesarannya. Kertanegara bergelar Sri Maharajaderaja Sri Kertanegara mempunyai gagasan politik untuk memperluas wilayah kekuasaannya.

PETA KEKUASAAN
Apa yang dicita-citakan oleh Kertanegara, mengakibatkan daerah kekuasaan Singasari meluas. Untuk lebih jelasnya, simaklah gambar peta 15 berikut ini!

5 — Kerajaan Singosari

Setelah Anda menyimak gambar peta kekuasaan Singasari tersebut, yang perlu Anda ketahui bahwa kekuasaan tersebut dicapai oleh Kertanegara karena tindakan politiknya seperti: Untuk... Kebijakan dalam negeri   Di Antaranya Adalah... Pergantian pejabat kerajaan, bertujuan menggalang pemerintahan yang kompak. Memelihara keamanan dan melakukan politik perkawinan. Tujuannya menciptakan kerukunan dan politik yang stabil.

Kebijakan Luar Negeri





Menggalang persatuan 'Nusantara' dengan mengutus ekspedisi tentara Pamalayu ke Kerajaan Melayu (Jambi). Mengutus pasukan ke Sunda, Bali, Pahang. Menggalang kerjasama dengan kerajaan lain. Contohnya menjalin persekutuan dengan kerajaan Campa.

Dari tindakan-tindakan politik Kertanegara tersebut, di satu sisi Kertanegara berhasil mencapai cita-citanya memperluas dan memperkuat Singasari, tetapi dari sisi yang lain muncul beberapa ancaman yang justru berakibat hancurnya Singasari. Ancaman yang muncul dari luar yaitu dari tentara Kubilai-Khan dari Cina Mongol karena Kertanegara tidak mau mengakui kekuasaannya bahkan menghina utusan Kubilai-khan yaitu Mengchi. Dari dalam adanya serangan dari Jayakatwang (Kadiri) tahun 1292 yang bekerja sama dengan Arya Wiraraja Bupati Sumenep yang tidak diduga sebelumnya. Kertanegara terbunuh, maka jatuhlah Singasari di bawah kekuasaan Jayakatwang dari 6 — Kerajaan Singosari

Kediri. Setelah Kertanegara meninggal maka didharmakan/diberi penghargaan di candi Jawi sebagai Syiwa Budha, di candi Singasari sebagai Bhairawa. Di Sagala sebagai Jina (Wairocana) bersama permaisurinya Bajradewi. Untuk memperjelas pemahaman Anda, tentang candi Singosari tempat Kertanegari di muliakan, maka simaklah gambar 16. berikut ini!

Setelah Anda menyimak gambar candi Singosari tersebut maka simaklah uraian materi berikut.

KEHIDUPAN SOSIAL, POLITIK, EKONOMI, AGAMA
Dalam kitab Pararaton maupun Negara Kertagama diceritakan bahwa kehidupan sosial masyarakat Singosari cukup baik karena rakyat terbiasa hidup aman dan tenteram sejak pemerintahan Ken Arok bahkan dari raja sampai rakyatnya terbiasa dengan kehidupan religius. Kehidupan religius tersebut dibuktikan dengan berkembangnya ajaran baru yaitu ajaran Tantrayana (Syiwa Budha) dengan kitab sucinya Tantra. Ajaran Tantrayana berkembang dengan baik sejak pemerintahan Wisnuwardhana dan mencapai puncaknya pada masa Kertanegara, bahkan pada akhir pemirintahan Kertanegara ketika diserang oleh Jayakatwang, sedang melaksanakan upacara Tantrayana bersama Mahamantri dan pendeta terkenal. Dalam kehidupan ekonomi, walaupun tidak ditemukan sumber secara jelas. Ada kemungkinan perekonomian ditekankan pada pertanian dan perdagangan karena Singosari merupakan daerah yang subur dan dapat memanfaatkan sungai Brantas dan Bengawan Solo sebagai sarana lalu lintas perdagangan dan pelayaran. Singosari banyak meninggalkan bangunan berupa candi yang berhubungan dengan agama yaitu seperti candi Kidal, candi Jago, candi Singosari dan patung Joko Dolok yang merupakan perwujudan Kertanegara terletak di simpang tiga Surabaya, Jatim.

SUMBER: ID.WIKIPEDIA

7 — Kerajaan Singosari

Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singasari, adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah Singosari, Malang.

NAMA IBU KOTA
Berdasarkan prasasti Kudadu, nama resmi Kerajaan Singhasari yang sesungguhnya ialah Kerajaan Tumapel. Menurut Nagarakretagama, ketika pertama kali didirikan tahun 1222, ibu kota Kerajaan Tumapel bernama Kutaraja. Pada tahun 1254, Raja Wisnuwardhana mengangkat putranya yang bernama Kertanagara sebagai yuwaraja dan mengganti nama ibu kota menjadi Singhasari. Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota kemudian justru lebih terkenal daripada nama Tumapel. Maka, Kerajaan Tumapel pun terkenal pula dengan nama Kerajaan Singhasari. Nama Tumapel juga muncul dalam kronik Cina dari Dinasti Yuan dengan ejaan Tu-ma-pan.

AWAL BERDIRINYA
Menurut Pararaton, Tumapel semula hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan Kadiri. Yang menjabat sebagai akuwu (setara camat) Tumapel saat itu adalah Tunggul Ametung. Ia mati dibunuh secara licik oleh pengawalnya sendiri yang bernama Ken Arok, yang kemudian menjadi akuwu baru. Tidak hanya itu, Ken Arok bahkan berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kadiri. Pada tahun 1222 terjadi perseteruan antara Kertajaya raja Kadiri melawan kaum brahmana. Para brahmana lalu menggabungkan diri dengan Ken Arok yang mengangkat dirinya menjadi raja pertama Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi. Perang melawan Kadiri meletus di desa Ganter yang dimenangkan oleh pihak Tumapel. Nagarakretagama juga menyebut tahun yang sama untuk pendirian Kerajaan Tumapel, namun tidak menyebutkan adanya nama Ken Arok. Dalam naskah itu, pendiri kerajaan Tumapel bernama Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra yang berhasil mengalahkan Kertajaya raja Kadiri. Prasasti Mula Malurung atas nama Kertanagara tahun 1255, menyebutkan kalau pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa. Mungkin nama ini adalah gelar anumerta dari Ranggah Rajasa, karena dalam Nagarakretagama arwah pendiri kerajaan Tumapel tersebut dipuja sebagai Siwa. Selain itu, Pararaton juga menyebutkan bahwa, sebelum maju perang melawan Kadiri, Ken Arok lebih dulu menggunakan julukan Bhatara Siwa.

8 — Kerajaan Singosari

RAJA-RAJA TUMAPEL
Terdapat perbedaan antara Pararaton dan Nagarakretagama dalam menyebutkan urutan raja-raja Singhasari. Raja-raja Tumapel versi Pararaton adalah: 1. 2. 3. 4. 5. Ken Arok alias Rajasa Sang Amurwabhumi (1222 - 1247) Anusapati (1247 - 1249) Tohjaya (1249 - 1250) Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250 - 1272) Kertanagara (1272 - 1292)

Raja-raja Tumapel versi Nagarakretagama adalah: 1. 2. 3. 4. Rangga Rajasa Sang Girinathaputra (1222 - 1227) Anusapati (1227 - 1248) Wisnuwardhana (1248 - 1254) Kertanagara (1254 - 1292)

Kisah suksesi raja-raja Tumapel versi Pararaton diwarnai pertumpahan darah yang dilatari balas dendam. Ken Arok mati dibunuh Anusapati (anak tirinya). Anusapati mati dibunuh Tohjaya (anak Ken Arok dari selir). Tohjaya mati akibat pemberontakan Ranggawuni (anak Anusapati). Hanya Ranggawuni yang digantikan Kertanagara (putranya) secara damai. Sementara itu versi Nagarakretagama tidak menyebutkan adanya pembunuhan antara raja pengganti terhadap raja sebelumnya. Hal ini dapat dimaklumi karena Nagarakretagama adalah kitab pujian untuk Hayam Wuruk raja Majapahit. Peristiwa berdarah yang menimpa leluhur Hayam Wuruk tersebut dianggap sebagai aib. Di antara para raja di atas hanya Wisnuwardhana dan Kertanagara saja yang didapati menerbitkan prasasti sebagai bukti kesejarahan mereka. Dalam Prasasti Mula Malurung (yang dikeluarkan Kertanagara atas perintah Wisnuwardhana) ternyata menyebut Tohjaya sebagai raja Kadiri, bukan raja Tumapel. Hal ini memperkuat kebenaran berita dalam Nagarakretagama. Prasasti tersebut dikeluarkan oleh Kertanagara tahun 1255 selaku raja bawahan di Kadiri. Jadi, pemberitaan kalau Kertanagara naik takhta tahun 1254 perlu dibetulkan. Yang benar adalah, Kertanagara menjadi raja muda di Kadiri dahulu. Baru pada tahun 1268, ia bertakhta di Singhasari.

TAFSIR BARU SEJARAH TUMAPEL
Dengan ditemukannya prasasti Mula Malurung maka sejarah Tumapel versi Pararaton perlu untuk direvisi. 9 — Kerajaan Singosari

Kerajaan Tumapel didirikan oleh Rajasa alias Bhatara Siwa setelah menaklukkan Kadiri. Sepeninggalnya, kerajaan terpecah menjadi dua, Tumapel dipimpin Anusapati sedangkan Kadiri dipimpin Bhatara Parameswara (alias Mahisa Wonga Teleng). Parameswara digantikan oleh Guningbhaya, kemudian Tohjaya. Sementara itu, Anusapati digantikan oleh Seminingrat yang bergelar Wisnuwardhana. Prasasti Mula Malurung menyebutkan bahwa sepeninggal Tohjaya, Kerajaan Tumapel dan Kadiri dipersatukan kembali oleh Seminingrat. Kadiri kemudian menjadi kerajaan bawahan yang dipimpin oleh putranya, yaitu Kertanagara.

PEMERINTAHAN BERSAMA
Pararaton dan Nagarakretagama menyebutkan adanya pemerintahan bersama antara Wisnuwardhana dan Narasingamurti. Dalam Pararaton disebutkan nama asli Narasingamurti adalah Mahisa Campaka. Apabila kisah kudeta berdarah dalam Pararaton benar-benar terjadi, maka dapat dipahami maksud dari pemerintahan bersama ini adalah suatu upaya rekonsiliasi antara kedua kelompok yang bersaing. Wisnuwardhana merupakan cucu Tunggul Ametung sedangkan Narasingamurti adalah cucu Ken Arok.

PUNCAK KEJAYAAN
Kertanagara adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah Singhasari (1268 1292). Ia adalah raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar Jawa. Pada tahun 1275 ia mengirim pasukan Ekspedisi Pamalayu untuk menjadikan pulau Sumatra sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi bangsaMongol. Saat itu penguasa pulau Sumatra adalah Kerajaan Dharmasraya (kelanjutan dari Kerajaan Malayu). Kerajaan ini akhirnya tunduk dengan ditemukannya bukti arca Amoghapasa yang dikirim Kertanagara sebagai tanda persahabatan kedua negara. Pada tahun 1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali. Pada tahun 1289 Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke Singhasari meminta agar Jawa mengakui kedaulatan Mongol. Namun permintaan itu ditolak tegas oleh Kertanagara. Nagarakretagama menyebutkan daerah-daerah bawahan Singhasari di luar Jawa pada masa Kertanagara antara lain, Melayu, Bali, Pahang, Gurun, dan Bakulapura.

PERISTIWA KERUNTUHAN
Kerajaan Singhasari yang sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa akhirnya mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan

10 — Kerajaan Singosari

Jayakatwang bupati Gelang-Gelang, yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanagara sendiri. Dalam serangan itu Kertanagara mati terbunuh. Setelah runtuhnya Singhasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Kadiri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singhasari pun berakhir.

HUBUNGAN DENGAN MAJAPAHIT
Pararaton, Nagarakretagama, dan prasasti Kudadu mengisahkan Raden Wijaya cucu Narasingamurti yang menjadi menantu Kertanagara lolos dari maut. Berkat bantuan Aria Wiraraja (penentang politik Kertanagara), ia kemudian diampuni oleh Jayakatwang dan diberi hak mendirikan desa Majapahit. Pada tahun 1293 datang pasukan Mongol dipimpin Ike Mese untuk menaklukkan Jawa. Mereka dimanfaatkan Raden Wijaya untuk mengalahkan Jayakatwang di Kadiri. Setelah Kadiri runtuh, Raden Wijaya dengan siasat cerdik ganti mengusir tentara Mongol keluar dari tanah Jawa. Raden Wijaya kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit sebagai kelanjutan Singhasari, dan menyatakan dirinya sebagai anggota Wangsa Rajasa, yaitu dinasti yang didirikan oleh Ken Arok.

11 — Kerajaan Singosari

KERAJAAN HOLING
NEONOVAN.TOPCITIES
LOKASI KERAJAAN
Berita Cina berasal dari Dinasti T'ang yang menyebutkan bahwa letak Kerajaan Holing berbatasan dengan Laut Sebelah Selatan, Ta-Hen-La (Kamboja) di sebelah utara, Po-Li (Bali) sebelah Timur dan To-Po-Teng di sebelah Barat. Nama lain dari Holing adalah ChoPo (Jawa), sehingga berdasarkan berita tersebut dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Holing terletak di Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah.

J.L. Moens dalam menentukan letak Kerajaan Holing meninjau dari segi perekonomian, yaitu pelayaran dan perdagangan. Menurutnya, Kerajaan Holing selayaknya terletak di tepi Selat Malaka, yaitu di Semenanjung Malaya. Alasannya, Selat Malaka merupakan selat yang sangat ramai dalam aktifitas pelayaran perdagangan saat itu. Pendapat J.L. Moens itu diperkuat dengan ditemukannya sebuah daerah di Semenajung Malaya yang bernama daerah Keling.

SUMBER SEJARAH
I-Tsing menyebutkan bahwa seorang temannya bernama Hui-Ning dengan pembantunya bernama Yunki pergi ke Holing tahun 664/665 M untuk mempelajari ajaran agama Budha. Ia juga menterjemahkan kitab suci agama Budha dari bahasa Sansekerta ke bahasa Cina. Dalam menerjemahkan kitab itu, ia dibantu oleh pendeta agama Budha dari Holing yang bernama Jnanabhadra. Menurut keterangan dari Dinasti Sung, kitab yang diterjemahkan oleh Hui-Ning adalah bagian terakhir kitab Parinirvana yang mengisahkan tentang pembukaan jenazah Sang Budha. 12 — Kerajaan Holing

KEHIDUPAN POLITIK, SOSIAL, EKONOMI
Berdasarkan berita Cina disebutkan bahwa Kerajaan Holing diperintah oleh seorang raja putri yang bernama Ratu Sima. Pemerintahan Ratu Sima sangat keras, namun adil dan bijaksana. Rakyat tunduk dan taat terhadap segala perintah Ratu Sima. Bahkan tidak seorang pun rakyat atau pejabat kerajaan yang berani melanggar segala perintahnya. Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Holing sudah teratur rapi. Hal ini disebabkan karena sistem pemerintahan yang keras dari Ratu Sima. Di samping ini juga sangat adil dan bijaksana dalam memutuskan suatu masalah. Rakyat sangat menghormati dan mentaati segala keputusan Ratu Sima. Kehidupan perekonomian masyarakat Kerajaan Holing berkembang pesat. Masyarakat Kerajaan Holing telah mengenal hubungan perdagangan. Mereka menjalin hubungan perdagangan pada suatu tempat yang disebut dengan pasar. Pada pasar itu, mereka mengadakan hubungan perdagangan dengan teratur.

DOT WORDPRESS
Kerajaan ini ibukotanya bernama Chopo ( nama China ), menurut bukti- bukti China pada abad 5 M. Mengenai letak Kerajaan Holing secara pastinya belum dapat ditentukan. Ada beberapa argumen mengenai letak kerajaan ini, ada yang menyebutkan bahwa negara ini terletak di Semenanjung Malay, di Jawa barat, dan di Jawa Tengah. Tetapi letak yang paling mungkin ada di daerah antara pekalongan dan Plawanagn di Jawa tengah. Hal ini berdasarkan catatan perjalanan dari Cina Kerajaan Holing adalah kerajaan yang terpengaruh oleh ajaran agama Budha. Sehingga Holing menjadi pusat pendidikan agama Budha. Holing sendiri memiliki seorang pendeta yang terkenal bernama Janabadra. Sebgai pusat pendidikan Budha, menyebabkan seorang pendeta Budha dari Cina, menuntut ilmu di Holing. Pendeta itu bernama Hou ei- Ning ke Holing, ia ke Holing untuk menerjemahkan kitab Hinayana dari bahasa sansekerta ke bahasa cina pada 664-665. Sistem Administrasi kerajaan ini belum diketahui secara pasti. Tapi beberapa bukti menunjukkan bahwa pada tahun 674-675, kerajaan ini diperintah oleh seoarang raja wanita yang bernama Simo. Holing sendiri banyak ditemukan barang-barang yang bercirikan kebudayaan Dong-Song dan India. Hal ini menunjukkan adanya pola jaringan yang sudah terbentuk antar Holing dengan bangsa luar. Wilayah perdaganganya meliputi laut China Selatan sampai pantai utara Bali. Tetapi perkembangan selanjutnya sistem perdagangan Holing mendapat tantangan dari Srivijaya, yang pada akhirnya perdagangan dikuasi oleh Srivijaya. Sehingga Srivijaya menjadi kerajaan yang menguasai perdagangan pada pertengahan abad ke-8. 13 — Kerajaan Holing

MANDAILING.ORG
MANDAILING DALAM LINTASAN SEJARAH Sepanjang yang dapat diketahui sampai sekarang, belum ada seseorang yang menulis dan menerbitkan sejarah Mandailing. Oleh karena itu kita tidak dapat memperoleh refensi untuk membicarakan sejarah Madailing. Suku bangsa atau kelompok etnis Mandailing. Suku bangsa atau kelompok etnis Mandailing memang mempuyai aksara sendiri yang dinamakan Surat Tulak-Tulak. Tetapi ternayata orang-orang Mandailing pada zaman dahulu tidak menggunakan aksara tersebut untuk menuliskan sejarah. Pada umumnya yang dituliskan adalah mengenai ilmu pengobatan tradisional, astronomi tradisional, ilmu ghaib, andung-andung dan tarombo atau silsilah keturunan keluargakeluarga tertentu. Setalah sekolah berkembang di Mandailing, Surat Tulak-Tulak mulai dipergunakan oleh guru-guru untuk menuliskan cerita-cerita rakyat Mandailing sebagai bacaan murid-murid sekolah. Beberapa legenda yang mengandungi unsur sejarah dan berkaitan dengan asal-usul marga orang Mandailing masih hidup di tengah masyarakat Mandailing. Seperti legenda Namora Pande Bosi dan legenda Si Baroar yang dtulis oleh Willem Iskandar pada abad ke-18. Tetapi legenda yang demikian itu tidak memberi keterangan yang cukup berarti mengenai sejarah Mandailing. Dalam bebrapa catatan sejarah seperti sejarah Perang Paderi yang disusun oleh M. Radjab, disebut-sebut mengenai Mandailing dan keterlibatan orang Mandailing dalam Perang Paderi. Catatan sejarah ini hanya berhubungan dengan masyarakat Mandailing pada abad ke-18 dan awal masuknya orang Belanda ke Mandailing. Bagaimana sejarh atau keadaan masyarakat Mandailing pada abad-abad sebelumnya tidak terdapat tulisan yang mencatatnya.

KITAB NEGARAKERTAGAMA
Mpu Prapanca, seorang pujangga Kerajaan Majapahit menulis satu kitab yang berjudul Negarakertagama sekitar tahun 1365. kitab tersebut ditulisnya dalam bentuk syair yang berisi keterangan mengenai sejarah Kerajaan Majapahit. Menurut Prof. Slamet Mulyana (1979:9). Kitab Negarakertagama adalah sebuah karya paduan sejarah dan sastra yang bermutu tinggi dari zaman Majapahit. Berabad-abad setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit, keberadaan dimana kitab ini tidak diketahui. Baru pada tahun 1894, satu Kitab Negarakertagama ditemukan di Puri Cakranegara di Pulau Lombok. Kemudian pada tanggal & Juli 1979 ditemukan lagi satu Kitab Negarakertagama di Amlapura, Kabupaten Lombok, Pulau Bali. Dalam Pupuh XIII Kitab Negarakertagama, nama Mandailing bersama nama banyak negeri di Sumatera dituliskan oleh Mpu Prapanca sebagai negara bawahan Kerajaan Majapahit. Tidak ada keterangan lain mengenai Mandailing kecuali sebagai salah satu negara bawahan Kerajaan Majapahit. Namun demikian, dengan dituliskan nama

14 — Kerajaan Holing

Mandailing terdapatlah bukti sejarah yang otentik bahwa pada abad ke-14 telah diakui keberadaannya sebagai salah satu negara bawahan Kerajaan Majapahit.. pengertian negara bawahan dalam hal ini tidak jelas artinya karena tidak ada keterangan berikutnya. Jadi dapatlah dikatakan bahwa Negri Mandailing sudah ada sebelum abad ke-14. Karena sebelum keberadaannya dicatat tentunya Mandailing sudah terlebih dahulu ada. Kapan Negeri Mandailing mulai berdiri tidak diketahui secara persis. Tetapi karena nama Mandailing dalam kitab ini disebut-sebut bersama nama banyak negeri di Sumatera termasuk Pane dan Padang Lawas, kemungkinan sekali negeri Mandailing sudah mulai ada pada abad ke-5 atau sebelumya. Karena Kerajaan Pane sudah disebut-sebut dalam catatan Cina pada abad ke-6. Dugaan yang demikian ini dapat dihubungkan dengan bukti sejarah berupa reruntuhan candi yang terdapat di Simangambat dekat Siabu. Candi tersebut adalah Candi Siwa yang dibangun sekitar abad ke-8. Apakah pada abad ke-14 Mandailing merupakan satu kerajaan tidak diketahui. Karena dalam Kitab Negarakertagama, Mandailing tidak disebut-sebut sebagai kerajaan tetapi sebagai negara bawahan Kerajaan Majapahit. Tetapi dengan disebutkan negeri Mandailing sebagai negara, ada kemungkinan pada masa itu Mandailing merupakan satu kerajaan. Keterangan mengenai keadaaan Mandailing sebelum abad ke-14 tidak ada sama sekali kecuali keberadaaan Candi Siwa di Simangambat. Namun demikian, berdasarkan berbagai peninggalan dari zaman pra sejarah dan peninggalan dari zaman Hindu/Buddha yang terdapat di Mandailing kita dapat mengemukakan keterangan yang bersifat hipotesis.

HIPOTESIS TENTANG KERAJAAN MANDALA HOLING

Pada bagian terdahulu sudah dikemukakan bahwa di Simangambat terdapat reruntuhan Candi Siwa (Hindu) dari abad ke-8. Candi tersebut jauh lebih tua dari candi-candi di Portibi (Padang Lawas) yang menurut perkiraan para pakar dibangun pada abad ke-11. Dengan adanya candi ini bisa menimbulkan pertanyaan mengapa dan kapan ummat Hindu yang selanjutnya saya sebut orang Hindu dari India datang ke Mandailing yang terletak di Sumatera yang mereka namakan Swarna Dwipa (Pulau Emas). Besar kemungkinan orang Hindu datang ke Mandailing yang terletak di Swarna Dwipa adlah untuk mencari emas. Dalam sejarah Inida, terdapat keterangan yang menyebutkan bahwa sekitar abad pertama Masehi pasokan emas ke India yang didatangi dar Asia Tengan terhenti. Karena di Asia Tengan terjadi berbagai peperangan.Oleh karena itu kerajaan-kerajaan yang terdapat di India berusaha mendapatkan emas dari tempat lain yaitu dari Sumatera/Swarna Dwipa. Dalam hubungan ini kita mengerti bahwa di wilayah Mandailing yang pada masa lalu hingga kini di dalamnya termasuk kawasan Pasaman terdapat banyak emas. Bukti-bukti mengenai hal ini banyak sekali. Jadi besar sekali kemungkinan bahwa tempat yang dituju 15 — Kerajaan Holing

oleh orang Hindu dari India untuk mencari emas di Swarna Dwipa adalah daerah Mandailing. Pada masa daerah ini belum bernama Mandailing. Entah apa namanya kita tidak mengetahui. Orang Hindu yang datang ke wilayah Mandailing adalah yang berasal dari negeri atau Kerajaan Kalingga di India. Oleh karena itu mereka disebut orang Holing atau orang Koling. Ada kemungkinan mereka masuk darri daerah Singkuang. Karena Singkuang yang merupakan tempat bermuaranya Sungai Batang Gadis cukup terkenal sebagai pelabuhan. Itulah sebabnya tempat tersebut dinamakan Singkuan oleh pedagang Cina yang berarti harapan bar. Karena melalui pelabuhan ini mereka biasa memperoleh berbagai barang dagangan yang penting yang berasal dari Sumatera seperti damar, gitan, gading dsb. Menurut dugaan setelah orang Holing/Koling tiba di Singkuang, selanjutnya mereka menyusuri Sungai Batang Gadis ke arah hulunya. Dengan demikian maka akhirnya mereka sampai di satu dataran rendah yang subur yaitu di kawasan Mandailing Godang yang sekarang. Sejak zaman pra sejarah di kawasan tersebut dan di berbagai tempat di Mandailing sudah terdapat penduduk pribumi. Hal ini dibuktikan oleh adanya peninggalan dari zaman pra sejarah berupa lumpang-lumpang batu besar di tengah hutan di sekitar Desa Runding di seberang Sungai Batang Gadis dan bukti-bukti lainnya di berbagai tempat. Pada waktu orang Holing/Koling sampai di kawasan Mandailing Godang (waktu itu kita tidak tahu nama kawasan ini) maka mereka bertemu dengan penduduk pribumi setempat. Penamaan orang Holing/Koling digunakan untuk menyebutkan orang Hindu yang berasal dari Negeri Kalingga tersebut dibuat oleh penduduk pribumi. Setibanya di wilayah Mandailing, orang-orang Holing/Koling tersebut menemukan apa yang mereka cari yaitu emas. Kita mengetahui melalui sejarah bahwa emas tercatat sebagai salah satu modal utama dalam berdirinya kerajaan-kerajaan besar dan emas juga merupakan sumber kemakmuran. Setelah orang-orang Hindu menemukan banyak emas di kawasan Mandailing yang sekarang ini, mereka kemudian menetap di kawasan tersebut. Karena orang-orang Holing/Koling menetap di kawasan itu maka dinamakan Mandala Holing/Koling. Mandala artinya lingkungan atau kawasan. Mandala Holing/Koling berarti lingkungan atau kawasan tempat tinggal orang-orang Holing/Koling. Sampai sekarang kita sering mendengar disebut-sebut adanya Banua Holing/Koling. Tetapi orang-orang tidak mengetahui dimana tempat yang dinamakan Banua Holing/Koling itu. Berdasarkan hipotesis ini kita dapat mengatakan bahwa yang disebut Banua Holing/Koling itu adalah wilayah Mandailing yang dahulu ditempati oleh orang-orang Holing/Koling. Dengan kata lain Banua Holing/Koling adalah Mandala Holing/Koling. Berabad-abad kemudian Mandalan Holing/Koling dikenal sebagai Kerajaan Holing. Dalam hubungan ini Slamet Mulyana (1979:59) mengemukakan bahwa hubungan dagang dan diplomat antara Cina dan Jawa berlangsung mulai dari berdirinya Kerajaan Holing pada permulaan abad ke-7 sampai runtuhnya Kerajaan Majapahit pada permulaan abad ke-16. Sejalan dengan keterangan Slamer Mulyana ini kita dapat melihat hubungan antara Kerajaan Holing dengan adanya Candi Siwa Di Simangambat 16 — Kerajaan Holing

yang dibangunkan pada abad ke-8. Dalam hubungan ini dapat pula dikemukan bahwa dari berbagai catatan sejarah disebut-sebut adanya Kerajaan Kalingga dan Kerajaan Holing. Tetapi sampai sekarang para sejarah belum menentukan dimana sebenarnya lokasinya yang pasti. Ada pakar sejarah yang menduga bahwa Kerajaan Kalingga terletak di Jawa Timur tetapi Kerajaan Holing yang disebut-sebut dalam catatan Cina tidak diketahui lokasinya yang pasti. Dan dapat pula dipertanyakan apakah Kerajaan Kalingga adalah yang disebut juga sebagai Kerajaan Holing. Dengan argumentasi yang telah dikemukan di atas, kita mengajukan dugaan (hipotesis) bahwa yang disebut Kerajaan Holing itu dahulu terletak di wilayah Mandailing yang juga disebut sebagai Kerajaan Mandala Holing/Koling. Kiranya cukup beralasan untuk menduga bahwa nama Mandahiling (Mandailing) yang disebut oleh Mpu Prapanca dalam Kitan Negarakertagama pada abad ke-14 berasal dari nama Mandalaholing yang kemudian mengalami perubahan penyebutan menjadi Mandahiling dan akhirnya kini menjadi Mandailing. Untuk membuktikan kebenaran dugaan atau hipotesis ini tentu masih perlu dilakukan penelitian. Dan ini merupakan tantangan bagi orang Mandailing yang berkedudukan sebagai pakar sejarah. Diperkiranya orang-orang Hindu menetap di Kerajaan Mandalaholing (Kerajaan Holing/ Banua Holing) yang kaya dengan emas berabad-abad lamanya. Yaitu sejak mereka datang pertama kali pada abad-abad pertama Masehi. Sampai abad ke-13 orang-orang Hindu masih ada yang menetap di Mandailing yang sekarang ini. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya cukup banyak peninggalan Hindu/Buddha di wilayah Mandailing. Salah satu diantaranya adalah tiang batu di Gunung Sorik Merapi yang bertarikh abad ke-13 di kawasan Mandailing Godang (Pidoli) terdapat lokasi persawahan yang bernama Saba Biara. Yang disebut biara atau vihara adalah tempat orang-orang Hindu-Buddha melakukan kegiatan keagamaan. Pada waktu saya berkunjung ke tempat yang bernama Saba Biara itu beberapa tahun yang lalu, pada jalan masuk ke lokasi tersebut saya melihat di 5 (Lima) tempat adanya batu bata yang tersusun dalam lubang tanah yang dalamnya kurang lebih 2 (Dua) meter. Kemungkinan sekali batu bata yang tersusun itu adalah reruntuhan candi dari zaman dahulu. Susunan batu bata tersebut ada yang terletak pada gundukan tanah. Ketika orang-orang yang pulang dari sawah saya tanyakan apakan susunan batu bata seperti yang berada pada gundukan tanah itu ada terdapat di tengah persawahan, mereka mengatakan bahwa semua pulau-pulau (gundukan tanah) yang banyak terdapat di tengah persawahan adalah tumpukan atau susunan batu bata di bawahnya. Oleh karena itu besar sekali kemungkinan bahwa di lokasi yang bernama Saba Biara di Pidoli adalah reruntuhan puluhan candi peninggalan kerajaan Hindu/Buddha (Kerajaan Mandalaholing). Untuk membuktikannya perlu dilakukan eskavasi (penggalian) Menurut dugaan Kerajaan Mandalaholing yang dahulu pernah terdapat di Mandailing yang sekarang meluas sampai ke kawasan Pasaman (yang dahulu merupakan bagian dari Mandailing). Menurut keterangan yang pernah saya peroleh di Pasaman, batas antara wilayah Mandailing dan wilayah Minangkabau terletak di Si Pisang lewat Palupuh. Sekarang batas antara Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Lima Puluh Kota. Di kawasan

17 — Kerajaan Holing

Pasaman, yaitu di tempat yang bernama Tanjung Medan dekat Rao terdapat juga candi yang mirip keadaannya dengan candi di Portibi. Dan kita tahu bahwa di kawasan Pasaman juga terdapat emas yang dibutuhkan oleh orang-orang Hindu. Kalau tidak salah di kawasan yang bernama Manggani. Dan di kawasan itu juga terdapat tambang emas Belanda pada masa penjajahan.

INDOFORUM.ORG
KEHIDUPAN SOSIAL, EKONOMI, POLITIK
Kerajaan Yang Sangat Makmur Ini Bernama Kerajaan Holing. Letak Kerajaan Holing tidak dapat diketahi secara pasti, sebab tidak ada prasasti yg ditinggalkan..Namun demikian ada sumber berita dari China yang digunakan untuk menganalisis letaknya.Berita China dari dinasti Tang menyebutkan bahwa letak Holing berbatasan dengan Laut sebelah selatan, Ta-Hr-La(Kamboja) di sebelah utara, Po-Li (Bali) disebelah timur dan To-Po-Teng I disebelah barat..Holing disebut dengan istilah ChoPo(Jawa).Berdasarkan berita China tersebut dapat disimpulkan bahwa letak Holing ada di Jawa khususnya Jawa Tengah. Negri Yang Makmur Dengan Ratu Yang Adil Kerajaan Holing diperintah oleh seorang Ratu yang bernama Ratu Sima yang sangat keras namun adil dan bijaksana.Kejujuran sangat di tanamkan pada rakyatnya.Pejabat kerajaan dan rakyat sangat taat pada aturan dari pemerintah di bawah kekuasaan Ratu Sima hingga rakyat menjadi makmur. Berita tentang Ratu Sima yg adil beserta negrinya yang makmur dan rakyatnya yang jujur telah terdengar sampai China dan sampai di telinga Raja Ta-che.Raja Ta-che penasaran kenapa kerajaan Holing begitu terkenal akan kejujurannya hingga sampai terdengar di China yg terbilang sangat jauh dari jawa.Akhirnya Raja Ta-che ingin membuktikan kebenaran dari kejujuran rakyat Holing.Ia pun mengirim utusann ke Holing untuk membuktikan hal itu.Utusan Raja Ta-che diperintah untuk menaruh pundipundi emas secara diam-diam di tengah jalan dekat keramaian pasar. Berhari-hari,Berbulan-bulan,hingga sampai tiga tahun..pundi-pundi itu berpindah dari tempatnya.tidak satupun orang yang menyentuh pundi-pundi itu. Hingga sampailah pada suatu hari..Sang Putra Mahkota yaitu anak tertua dari Ratu Sima berjalan melewati pasar tersebut.ketika ia berjalan,tak sengaja kakinya menyenggol pundi-pundi tersebut. Salah seorang warga melihat kejadian tersebut..akhirnya ia melaporkan kepada pemerintah kerajaan akan kejadian tersebut.setelah laporan tersebut terdengar oleh Ratu Sima,Ratu Sima langsung memerintahkan kepada hakim untuk menghukum mati

18 — Kerajaan Holing

Sang Putra Mahkota yang tidak lain adalah anaknya sendiri.Ratu Sima menganggap itu hal itu termasuk dalam kejahatan pencurian.Peraturan Kerajaan kerajaan bagi pencuri adalah hukuman mati.karena Ratu Sima berpendapat bahwa mencuri itu berawal dari menyentuh barang tersebut hingga timbul keinginan untuk mencuri. Beberapa Patih kerajaan tidak setuju dengan keputusan Ratu Sima.Mereka mengajukan pembelaan untk Sang Putra Mahkota kepada Ratu Sima.Pembelaan mereka yaitu, Sang Putra Mahkota menyenggol pundi-pundi tersebut karena tidak sengaja dengan kakinya.maka lebih baik cukup kakinya saja yang di potong,tidak perlu di hukum mati karena ada unsur ke tidak sengajaan Setelah melalui perdebatan yang panjang..Ratu Sima akhirnya menyetujui pembelaan dari Patih kerajaan.Sang Putra Mahkota pun akhirnya hanya di hukum potong kaki. Utusan Raja Ta-che kembali ke china setelah melihat kebenaran tentang Adilnya Ratu Sima yang mau menghukum anaknya yang telah melakukan kesalahan dan kejujuran rakyat Holing yang benar-benar luar biasa. Pembuktian Raja Ta-che akhirnya dibenarkan oleh utusannya.

19 — Kerajaan Holing

KERAJAAN MATARAM ISLAM
THE MAPS

Peta Mataram Baru yang telah dipecah menjadi empat kerajaan pada tahun 1830, setelah Perang Diponegoro. Pada peta ini terlihat bahwa Kasunanan Surakarta memiliki banyak enklave di wilayah Kasultanan Yogyakarta dan wilayah Belanda. Mangkunagaran juga memiliki sebuah enklave di Yogyakarta. Di kemudian hari enklave-enklave ini dihapus.

20 — Kerajaan Mataram Islam

21 — Kerajaan Mataram Islam

22 — Kerajaan Mataram Islam

23 — Kerajaan Mataram Islam

24 — Kerajaan Mataram Islam

25 — Kerajaan Mataram Islam

26 — Kerajaan Mataram Islam

PAKYOK BLOG
Nama kerajaan Mataram tentu sudah pernah Anda dengar sebelumnya dan ingatan Anda pasti tertuju pada kerajaan Mataram wangsa Sanjaya dan Syailendra pada zaman Hindu-Budha. Kerajaan Mataram yang akan dibahas dalam modul ini, tidak ada hubungannya dengan kerajaan Mataram zaman Hindu-Budha. Mungkin hanya kebetulan nama yang sama. Dan secara kebetulan keduanya berada pada lokasi yang tidak jauh berbeda yaitu Jawa Tengah Selatan. Pada awal perkembangannya kerajaan Mataram adalah daerah kadipaten yang dikuasai oleh Ki Gede Pamanahan. Daerah tersebut diberikan oleh Pangeran Hadiwijaya (Jaka Tingkir) yaitu raja Pajang kepada Ki Gede Pamanahan atas jasanya membantu mengatasi perang saudara di Demak yang menjadi latar belakang munculnya kerajaan Pajang. Ki Gede Pamanahan memiliki putra bernama Sutawijaya yang juga mengabdi kepada raja Pajang sebagai komando pasukan pengawal raja. Setelah Ki Gede Pamanahan meninggal tahun 1575, maka Sutawijaya menggantikannya sebagai adipati di Kota Gede tersebut. Setelah pemerintahan Hadiwijaya di Pajang berakhir, maka kembali terjadi perang saudara antara Pangeran Benowo putra Hadiwijaya dengan Arya Pangiri, Bupati Demak yang merupakan keturunan dari Raden Trenggono. Akibat dari perang saudara tersebut, maka banyak daerah yang dikuasai Pajang melepaskan diri, sehingga hal inilah yang mendorong Pangeran Benowo meminta bantuan kepada Sutawijaya. Atas bantuan Sutawijaya tersebut, maka perang saudara dapat diatasi dan karena ketidakmampuannya maka secara sukarela Pangeran Benowo menyerahkan takhtanya kepada Sutawijaya. Dengan demikian berakhirlah kerajaan Pajang dan sebagai kelanjutannya muncullah kerajaan Mataram. Lokasi kerajaan Mataram tersebut di Jawa Tengah bagian Selatan dengan pusatnya di kota Gede yaitu di sekitar kota Yogyakarta sekarang.

KEHIDUPAN POLITIK
Pendiri kerajaan Mataram adalah Sutawijaya. Ia bergelar Panembahan Senopati, memerintah tahun (1586 – 1601). Pada awal pemerintahannya ia berusaha menundukkan daerah-daerah seperti Ponorogo, Madiun, Pasuruan, dan Cirebon serta Galuh. Sebelum usahanya untuk memperluas dan memperkuat kerajaan Mataram terwujud, Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar Sultan Anyakrawati tahun 1601 – 1613. Sebagai raja Mataram ia juga berusaha meneruskan apa yang telah dilakukan oleh Panembahan Senopati untuk memperoleh kekuasaan Mataram dengan menundukkan daerah-daerah yang melepaskan diri dari Mataram. Akan tetapi sebelum usahanya selesai, Mas Jolang meninggal tahun 1613 dan dikenal dengan sebutan Panembahan Sedo Krapyak. Untuk selanjutnya yang menjadi raja Mataram adalah Mas Rangsang yang bergelar Sultan Agung Senopati ing alogo Ngabdurrahman, yang memerintah tahun 1613 – 1645. Sultan Agung merupakan raja terbesar dari kerajaan ini. Pada masa pemerintahannya Mataram mencapai puncaknya, karena ia seorang raja yang gagah berani, cakap dan bijaksana. 27 — Kerajaan Mataram Islam

Pada tahun 1625 hampir seluruh pulau Jawa dikuasainya kecuali Batavia dan Banten. Di samping mempersatukan berbagai daerah di pulau Jawa, Sultan Agung juga berusaha mengusir VOC Belanda dari Batavia. Untuk itu Sultan Agung melakukan penyerangan terhadap VOC ke Batavia pada tahun 1628 dan 1629 akan tetapi serangan tersebut mengalami kegagalan. Penyebab kegagalan serangan terhadap VOC antara lain karena jarak tempuh dari pusat Mataram ke Batavia terlalu jauh kira-kira membutuhkan waktu 1 bulan untuk berjalan kaki, sehingga bantuan tentara sulit diharapkan dalam waktu singkat. Dan daerah-daerah yang dipersiapkan untuk mendukung pasukan sebagai lumbung padi yaitu Kerawang dan Bekasi dibakar oleh VOC, sebagai akibatnya pasukan Mataram kekurangan bahan makanan. Dampak pembakaran lumbung padi maka tersebar wabah penyakit yang menjangkiti pasukan Mataram, sedangkan pengobatan belum sempurna. Hal inilah yang banyak menimbulkan korban dari pasukan Mataram. Di samping itu juga sistem persenjataan Belanda lebih unggul dibanding pasukan Mataram. Untuk selanjutnya silahkan Anda diskusikan dengan teman-teman Anda mencari penyebab kegagalan yang lain serangan Mataram ke batavia. Hasil diskusi Anda dapat dikumpulkan pada guru bina Anda dan kemudian lanjutkan menyimak uraian materi selanjutnya. Walaupun penyerangan terhadap Batavia mengalami kegagalan, namun Sultan Agung tetap berusaha memperkuat penjagaan terhadap daerah-daerah yang berbatasan dengan Batavia, sehingga pada masa pemerintahannya VOC sulit menembus masuk ke pusat pemerintahan Mataram. Setelah wafatnya Sultan Agung tahun 1645, Mataram tidak memiliki raja-raja yang cakap dan berani seperti Sultan Agung, bahkan putranya sendiri yaitu Amangkurat I dan cucunya Amangkurat II, Amangkurat III, Paku Buwono I, Amangkurat IV, Paku Buwono II, Paku Buwono III merupakan raja-raja yang lemah. Sehingga pemberontakan terjadi antara lain Trunojoyo 1674-1679, Untung Suropati 1683-1706, pemberontakan Cina 1740-1748. Kelemahan raja-raja Mataram setelah Sultan Agung dimanfaatkan oleh penguasa daerah untuk melepaskan diri dari kekuasaan Mataram juga VOC. Akhirnya VOC berhasil juga menembus ke ibukota dengan cara mengadu-domba sehingga kerajaan Mataram berhasil dikendalikan VOC. VOC berhasil menaklukan Mataram melalui politik devide et impera, kerajaan Mataram dibagi dua melalui perjanjian Gianti tahun 1755. Sehingga Mataram yang luas hampir meliputi seluruh pulau Jawa akhirnya terpecah belah : 1. 2. Kesultanan Yogyakarta, dengan Mangkubumi sebagai raja yang bergelar Sultan Hamengkubuwono I. Kasunanan Surakarta yang diperintah oleh Sunan Paku Buwono III.

Belanda ternyata belum puas memecah belah kerajaan Mataram. Akhirnya melalui politik adu-domba kembali tahun 1757 diadakan perjanjian Salatiga. Mataram terbagi 4 wilayah yaitu sebagian Surakarta diberikan kepada Mangkunegaran selaku Adipati tahun 1757, kemudian sebagian Yogyakarta juga diberikan kepada Paku Alam selaku Adipati tahun 1813.

28 — Kerajaan Mataram Islam

Demikianlah perkembangan politik kerajaan Mataram. Untuk menambah pemahaman Anda, buatlah silsilah raja-raja Mataram dari awal berdirinya Mataram sampai tahun 1757. Sebagai referensinya Anda dapat membaca buku Sejarah Nasional

KEHIDUPAN EKONOMI
Letak kerajaan Mataram di pedalaman, maka Mataram berkembang sebagai kerajaan agraris yang menekankan dan mengandalkan bidang pertanian. Sekalipun demikian kegiatan perdagangan tetap diusahakan dan dipertahankan, karena Mataram juga menguasai daerah-daerah pesisir. Dalam bidang pertanian, Mataram mengembangkan daerah persawahan yang luas terutama di Jawa Tengah, yang daerahnya juga subur dengan hasil utamanya adalah beras, di samping kayu, gula, kapas, kelapa dan palawija. Sedangkan dalam bidang perdagangan, beras merupakan komoditi utama, bahkan menjadi barang ekspor karena pada abad ke-17 Mataram menjadi pengekspor beras paling besar pada saat itu. Dengan demikian kehidupan ekonomi Mataram berkembang pesat karena didukung oleh hasil bumi Mataram yang besar. Dari penjelasan tersebut, apakah Anda sudah memahami? Kalau sudah paham, bandingkan dengan uraian materi selanjutnya.

KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA
Sebagai kerajaan yang bersifat agraris, masyarakat Mataram disusun berdasarkan sistem feodal. Dengan sistem tersebut maka raja adalah pemilik tanah kerajaan beserta isinya. Untuk melaksanakan pemerintahan, raja dibantu oleh seperangkat pegawai dan keluarga istana, yang mendapatkan upah atau gaji berupa tanah lungguh atau tanah garapan. Tanah lungguh tersebut dikelola oleh kepala desa (bekel) dan yang menggarapnya atau mengerjakannya adalah rakyat atau petani penggarap dengan membayar pajak/sewa tanah. Dengan adanya sistem feodalisme tersebut, menyebabkan lahirnya tuan-tuan tanah di Jawa yang sangat berkuasa terhadap tanahtanah yang dikuasainya. Sultan memiliki kedudukan yang tinggi juga dikenal sebagai panatagama yaitu pengatur kehidupan keagamaan. Sedangkan dalam bidang kebudayaan, seni ukir, lukis, hias dan patung serta seni sastra berkembang pesat. Hal ini terlihat dari kreasi para seniman dalam pembuatan gapura, ukiran-ukiran di istana maupun tempat ibadah. Contohnya gapura Candi Bentar di makam Sunan Tembayat (Klaten) diperkirakan dibuat pada masa Sultan Agung. Contoh lain hasil perpaduan budaya Hindu-Budha-Islam adalah penggunaan kalender Jawa, adanya kitab filsafat sastra gending dan kitab undang-undang yang disebut Surya Alam. Contoh-contoh tersebut merupakan hasil karya dari Sultan Agung sendiri. Di samping itu juga adanya upacara Grebeg pada hari-hari besar Islam yang ditandai berupa kenduri Gunungan yang dibuat dari berbagai makanan maupun hasil bumi.

29 — Kerajaan Mataram Islam

Upacara Grebeg tersebut merupakan tradisi sejak zaman Majapahit sebagai tanda terhadap pemujaan nenek moyang.

30 — Kerajaan Mataram Islam

DAFTAR PUSTAKA
~DarkBlood. (2008, 08 30). Negeri dengan Rakyat Yang Jujur di Indonesia. Retrieved 08 05, 2008, from IndoForum: http://indoforum.org/showthread.php?p=438387 Kerajaan Singosari. (t.thn.). Dipetik 08 05, 2008, dari e-Dukasi.net: http://www.edukasi.net/mol/mo_full.php?moid=118&fname=sej106_11.htm Kronik Sejarah untuk Kelas 1 SMP. Lubis, D. P. (n.d.). Mandailing Dalam Lintas Sejarah. Retrieved 08 05, 2008, from Horas Mandailing: http://www.mandailing.org/ind/rencana18.html Neonovan. (n.d.). Sejarah Kerajaan Indonesia. Retrieved 8 5, 2008, from Neonovan Base Href: neonovan.topcities.com/sejarah_kerajaan_indonesia.htm Sudartoyo. (2008, 01 14). Kerajaan Mataram Islam. Retrieved 08 05, 2008, from Indonesianto 07: http://pakyok.wordpress.com/2008/01/14/kerajaan-mataram/ Wikipedia. (2008, 0405 04). Kerajaan Singhasari. Retrieved 08 05, 2008, from Wikipedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Singhasari Yuka, T. (n.d.). Kerajaan Pada Masa Awal Hindu-Budha. Retrieved from http://sejarawan.wordpress.com/2007/10/05/kerajaan-pada-masa-awal-hindu-budha/

31 — Daftar Pustaka